Bambang Soesatyo: Tidak Mudik, Pengendalian Diri yang Berbuah Berkah
Pojok MPR-RI

Bambang Soesatyo: Tidak Mudik, Pengendalian Diri yang Berbuah Berkah

Konsistensi kepatuhan pada protokol kesehatan harus tetap terjaga.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 4 Menit
Bambang Soesatyo: Tidak Mudik, Pengendalian Diri yang Berbuah Berkah
Hukumonline

Karena kehendak baik semua elemen masyarakat untuk tidak mudik, biarlah Puasa Ramadan hingga libur merayakan Idulfitri tahun 2021 ini menjadi berkah yang akan mempercepat berakhirnya krisis kesehatan di dalam negeri akibat pandemi Covid-19.

 

Ketika pemerintah menerbitkan imbauan kepada masyarakat untuk tidak mudik Lebaran tahun ini, imbauan itu patut diterjemahkan sebagai ajakan kepada semua orang untuk mau mengendalikan diri. Benar bahwa ada kerinduan mendalam untuk berkumpul bersama keluarga besar dan para kerabat di kampung halaman pada momentum hari Lebaran. Namun, ketika puasa Ramadan dan Idulfitri berlangsung di tengah krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, semua orang, tanpa kecuali, diajak untuk mau mengendalikan diri dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

 

Bukankah pengendalian diri menjadi keutamaan atau esensi Ramadan?  Melalui proses pengendalian diri selama Ramadan hingga waktunya merayakan Idulfitri nanti, semua orang didorong untuk mengelola dan mengobati kerinduan kepada orang tua serta kerabat di kampung halaman dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. Selain saling mendoakan dan saling berbalas pesan silaturahmi, kerinduan itu misalnya bisa terobati dengan saling tatap muka melalui panggilan video.

 

Orang tua dan kerabat di kampung halaman pasti bisa memahami mengapa momentum kebersamaan di hari Lebaran tahun ini tak bisa terwujud. Sebenarnya, sudah terbangun saling pengertian. Faktor pandemi secara tidak langsung telah membangun kesepakatan bersama agar semua orang membatasi pergerakan masing-masing. Pembatasan itu menyebabkan kerabat di kampung halaman tidak leluasa bepergian ke kota dan warga perkotaan pun tak leluasa untuk pergi kampung halaman. Karena terbangunnya saling pengertian itu, mestinya tidak ada yang tersakiti atau dikecewakan karena imbauan tidak mudik itu.

 

Selain faktor pandemi, Ramadan tahun ini dilaksanakan ketika kehidupan bersama masih dibayangi gangguan alam yang cukup ekstrem. Curah hujan masih terbilang tinggi dan gempa bumi yang setiap saat terjadi di mana-mana. Faktor gangguan alam ini bisa saja membuat perjalanan mudik menjadi sangat tidak nyaman, sehingga memaksa setiap orang untuk mengendalikan diri.

 

Totalitas pengendalian diri sejatinya selalu berbuah berkah. Dan, dari keberhasilan bersama mengendalikan diri untuk tidak mudik, pasti akan juga berbuah berkah. Dalam konteks memutus rantai penularan Covid-19, kesediaan semua elemen masyarakat untuk tidak mudik Lebaran tahun ini pasti sangat signifikan kontribusinya dalam menekan laju penularan Covid-19.

 

Fakta dan data terdahulu setidaknya bisa dijadikan acuan. Ketika dalam periode libur panjang pergerakan masyarakat tak terkendali, konsekuensinya adalah lonjakan jumlah kasus baru Covid-19. Maka, imbauan tidak mudik pada momentum Lebaran 2021 merupakan bentuk lain dari langkah pemerintah mengendalikan pergerakan atau mobilitas masyarakat.

Tags: