Beda Profesi, Beda Nasib
Jeda

Beda Profesi, Beda Nasib

Selaku sesama profesi yang mencari nafkah di lingkungan pasar modal, para konsultan hukum, akuntan, dan penilai (appraisal) hubungannya sangat mesra. Mereka seringkali piknik bersama supaya bisa santai sambil tukar menukar pengalaman.

Bacaan 2 Menit
Beda Profesi, Beda Nasib
Hukumonline

Suatu saat, seorang konsultan hukum, seorang akuntan, dan seorang penilai pergi memancing bersama. Tanpa disadari, karena saking asyiknya, perahu kecil yang mereka pergunakan bocor dan terdampar pada suatu pulau kecil di suatu muara sungai yang banyak buayanya.

Setelah menunggu cukup lama, tidak ada juga yang bisa dimintai tolong. Sementara mereka harus segera kembali ke tempat kerja. Pasalnya, akan ada "Public Expose" dari klien "kakap" mereka bersama yang akan melakukan emisi obligasi.

Tiada jalan lain. Mereka harus berenang ke daratan, yang sebenarnya tidak terlalu jauh, untuk meminta pertolongan. Namun, timbul masalah. Siapa yang harus berenang terlebih dahulu, mengingat bahaya mengintai karena banyak buaya di sekitar pulau tersebut. Akhirnya, mereka pun saling berdebat.

Si penilai, karena ia seorang insinyur yang alam pikirannya pasti-pasti saja, langsung kalah debat dan terpaksa lah ia menjadi perenang yang pertama. Tak berapa lama berenang, sang penilai langsung hilang disambar buaya.

Tinggal akuntan dan konsultan hukum. Keduanya langsung saja berdebat, siapa di antara keduanya yang harus berenang terlebih dahulu. Dapat dengan mudah diduga, konsultan hukum pasti menang dalam debat itu. Dan terpaksa lah akuntan pun berenang mendahului konsultan hukum. Nasib yang sama dengan penilai pun diderita oleh sang akuntan.

Akhirnya, tiada pilihan lain. Konsultan hukum pun harus berenang sendiri dengan segala resiko yang dihadapinya. Tapi, apa yang terjadi? Tidak ada seekor buaya pun, baik besar maupun kecil, yang mengganggunya.

Tidak berapa lama, seekor anak buaya mencoba untuk mendekatinya, tapi segera sang ibu menarik anak buaya tersebut dengan sekuat-kuatnya. Si anak buaya bingung dan ia bertanya kepada ibunya: "Kenapa, Bu? Orang itu paling gemuk dan lambat lagi berenangnya. Cepetan, nanti kita ketinggalan dengan keluarga buaya yang lainnya!" .

Ibu buaya segera menghardiknya: "Bodoh kau, yang sedang berenang itu adalah rajanya buaya."

 

Tags: