Indonesia Corruption Watch (ICW) memilih Najwa Shihab sebagai tokoh antikorupsi sepanjang tahun 2017. Penghargaan ini adalah untuk kali perdana diberikan oleh LSM antikorupsi tersebut kepada publik figur yang dianggap secara konsisten menyuarakan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Deputi Koordinator ICW Ade Irawan mengatakan, pengharagaan ini sejatinya dilatarbelakangi oleh keprihatinan terjadinya kasus korupsi yang masih marak meskipun aparat penegak hukum telah berupaya melakukan penindakan dan pencegahan terjadinya rasuah. Bahkan menurut Ade, korupsi tidak hanya terjadi pada tingkat pusat melainkan hingga ke tingkat daerah.
"Tapi publik tidak merasa geram, merasa tidak ada hubungan dengan mereka karena menganggap yang hilang uang negara, bukan uang mereka, padahal korupsi berdampak buruk dan nyata," kata Ade di kantor ICW, Senin (8/1).
Pelaporan dan pengungkapan kasus korupsi yang selama ini dilakukan ICW ternyata dianggap belum cukup. Oleh karena itu pihaknya mengajak sejumlah tokoh dan juga publik figur yang dianggap mempunyai peran aktif dalam memberantas korupsi untuk bersama-sama mengingatkan masyarakat akan bahaya laten korupsi.
"Harapan tokoh bisa jadi inspirasi masyarakat agar ikut bagian dari jamaah untuk memberantas korupsi. Siapapun jadi bagian gerakan pemberantasan korupsi," kata Ade.
Baca:
- Komite Pencegahan Korupsi Jakarta Mesti Sorot Sektor Ini
- ICW: Kepentingan Ekonomi dan Politik Menghambat Pemberantasan Korupsi
- Komitmen Presiden Jokowi dalam Pemberantasan Korupsi Tahun 2017 Diragukan
Mantan Panitia Seleksi Komisoner KPK Betty Alisjahbana mengungkap bagaimana terpilihnya Najwa sebagai tokoh antikorupsi 2017. Betty diketahui juga merupakan panitia seleksi dalam pemilihan ini bersama Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM, Zainal Arifin Mochtar dan juga Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso.