Jerit Konsumen di Balik Gurita Bisnis Pinjaman Online
Feature

Jerit Konsumen di Balik Gurita Bisnis Pinjaman Online

Narasi jebakan batman nampaknya cocok jika disandingkan dengan beberapa peristiwa terkait pinjol yang terjadi belakangan ini. Minimnya literasi membuat masyarakat tanpa ragu terperangkap dalam jebakan dan iming-iming syarat yang ringan, proses pencairan dana yang singkat, bunga rendah yang ditawarkan oleh pinjaman online.

Fitri Novia Heriani
Bacaan 9 Menit
Jerit Konsumen di Balik Gurita Bisnis Pinjaman Online
Hukumonline

Mendung mendadak berarak di langit-langit pagi itu, tatkala sebuah telepon genggam berdering dengan panggilan dari nomor tak dikenal. Entah berapa puluh nomor ponsel asing yang mencoba menerobos, berapa puluh pesan singkat yang masuk lewat layanan Whatsapp, hanya untuk menagih pinjaman online yang terpaksa tertunggak. Muram, hari-hari menjelma menjadi suram dan durja.

Kecemasan pun seketika menyergap batin. Apalagi setelah membaca pesan bernada pelecehan, ancaman, dan kekerasan verbal lainnya, membuat hidup seperti dikoyak-koyak. Harga diri tak usah ditanya, semua lenyap dan menguap bersama lilitan pinjaman online yang sudah jatuh tempo.

Kisah ini diriwayatkan oleh seorang wanita muda berinisial GL. Ibu muda ini mengalami getirnya berurusan dengan pinjaman online, terutama saat utang telat dibayarkan. Bermula dari kebutuhan untuk membayar kontrakan sekitar tahun 2020, kini GL terjebak di lingkaran setan. Dia terpaksa gali lubang tutup lubang di beberapa pinjaman online, baik legal maupun ilegal, hanya untuk menghindari gagal bayar. Hingga akhirnya lubang pinjaman itu benar-benar tertutup, dan GL jatuh dalam kredit macet.

Baca Juga:

Selama dua tahun berjalan, GL berhasil merawat pinjaman onlinenya dengan skema gali lubang tutup lubang. GL pun menyadari betul risiko apa yang akan dia dapatkan jika tak memenuhi kewajibannya. Sebagaimana pengalamannya, jauh sebelum dia menyerah atas semua tunggakan, beberapa kali kantor tempat ia bekerja terlambat membayarkan gaji. Alhasil, pembayaran pinjaman pun terpaksa tertunda.

“Kan biasanya kantor tuh terlambat gajian, misal tanggal gajian akhir pekan atau tanggal merah. Jadi saya telat sehari saja, langsung tuh DC dari salah satu pinjol teror dengan ngomong alat kelamin dan kata-kata kasar,” cerita GL kepada Hukumonline.

Pada awalnya, dia coba memaklumi teror itu karena beberapa hari kemudian tunggakan itu bisa diselesaikan. Namun malang tak dapat ditolak, upaya pinjaman kembali yang diajukan GL ditolak oleh pihak aplikasi pada Juli lalu. Sejak itu pula, serangan panik menghantam hidupnya. Teror demi teror menghiasi hari-harinya, mulai dari pesan singkat berisi bahasa kotor dan ancaman, panggilan telepon ke tempat ia bekerja, order makanan fiktif lewat salah satu aplikasi transportasi online, mendatangi rumah orang tuanya, hingga menyebarkan informasi pribadinya di media sosial dengan sebutan penipu yang membuat GL merasa malu.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait