Kandidat Direksi BUMN Diusulkan Dari Dalam Perusahaan
Berita

Kandidat Direksi BUMN Diusulkan Dari Dalam Perusahaan

Orang dalam dinilai lebih mengerti kondisi perusahaan.

CR
Bacaan 2 Menit
Kandidat Direksi BUMN Diusulkan Dari Dalam Perusahaan
Hukumonline

 

Namun, Naldy mengaku tidak terlalu mempersoalkan penunjukkan Agus. Dia hanya menyesalkan prosesnya yang sedikit menyimpang dari ketentuan yang ada, serta intervensi politik yang terjadi. Walau demikian, dia menyadari kemampuan Agus yang sudah teruji.

 

Sementara, Richard Claproth, Sekretaris Meneg BUMN menilai tidak ada persoalan di balik penunjukkan Agus sebagai Direktur Bank Mandiri. Pasalnya, Agus memang sosok yang memiliki kualifikasi di bidang perbankan dan calon yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang tengah melanda bank pelat merah tersebut.

 

Jangan kita terjebak pada suatu aturan. Selalu ada pengecualian dari aturan. Tapi jangan sampai pengecualian itu jadi aturan. Mana yang lebih baik, orang yang qualified, atau calon yang tidak begitu baik dari fit and proper test, paparnya.

 

Koncoisme

Penempatan personil Kementerian BUMN di sejumlah perusahaan plat merah, dinilai Naldy sebagai gejala pertemanan (koncoisme). Tapi, dia buru-buru menekankan tidak ada persoalan sepanjang mereka yang terpilih memenuhi kriteria.

 

Mengenai hal ini, Richard menegaskan pentingnya seorang calon yang mengkuti fit and proper test untuk memahami masalah nasional. Dan ia menilai pemahaman tersebut dimiliki oleh personil Kementerian BUMN. Walau demikian, dia menekankan tetap diperlukan pengujian di depan publik.

 

Seperti Sunarsip, dia itu orang muda yang punya latar belakang keuangan yang baik dan produktif dalam menulis. Lagipula, dia tidak bekerja sendiri. Dia akan bersinergi dengan komisaris lainnya, tukasnya. 

 

Sunarsip adalah staf ahli Meneg BUMN, yang baru-baru ini dipilih sebagai komisaris di Bank BNI.

Pemimpin Umum BUMN Watch, Naldy Nazar Haroen, mengatakan pemilihan direksi dan komisaris idealnnya berasal dari dalam perusahaan. Tujuannya, untuk kepastian jenjang karir pada perusahaan tersebut.

 

Selain itu, dia berpendapat, kandidat dari dalam perusahaan akan lebih memahami kondisi perusahaan. Tentunya, kata Naldy, calon yang dipilih tetap harus memiliki kredibilitas yang baik dan kinerjanya bagus.

 

Dari pengamatannya terhadap sejumlah proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) direksi BUMN, Naldy masih mencium aroma kolusi. Dikatakannya, masih ada pelamar yang membayar tim fit and proper test agar dapat ikut seleksi. Tapi yang jadi kendala, ada orang yang memenuhi syarat tapi tidak punya relasi dan uang untuk melobi.  

 

Seringkali yang dipilih dari luar perusahaan, bahkan ada yang tidak mengikuti fit and proper test kemudian dipilih. Setelah dipilih baru mengikuti fit and proper test, ujarnya usai sebuah seminar di Jakarta, Rabu (22/6).

 

Kemungkinan, Naldy menyoroti pemilihan Agus Martowardojo, Direktur Utama  Bank Mandiri yang menggantikan ECW Neloe baru-baru ini. Ketika itu, Agus dipilih melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), tanpa mengikuti prosedur fit and proper test terlebih dahulu.

Halaman Selanjutnya:
Tags: