Membedah Hukum dalam Buku dengan Hukum dalam Praktik
Utama

Membedah Hukum dalam Buku dengan Hukum dalam Praktik

Secara garis besar, law in books merupakan panduan yang sudah diperkenalkan oleh dosen di bangku perguruan tinggi hukum. Sedangkan law in action mengandung makna sebagai praktik hukum yang terjadi dalam realita.

Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit

Secara akademik, masih sering terjadi perdebatan antara das sollen dan das sein. Namun, dia melihat kebanyakan di antara orang hukum menilai das sollen sebagai yang terpenting. Makanya, banyak sekali peraturan yang telah diterbitkan oleh orang-orang hukum. Hingga bisa saja dijumpai beberapa perundang-undangan yang nampak kurang signifikan, namun tetap diterbitkan.

“Lantas bagaimana cara mengharmonisasi antara das sollen dengan das sein? Antara law in books dan law in action? Ada 2 dikotomi yang terus terjadi. Pertama, lawmakers atau pemerintah yang mempunyai kewenangan membuat peraturan. Karena jika tidak sinkron, disharmoni,” ucapnya.

Tak hanya itu, fiksi hukum (legal fiction) juga menjadi gap besar antara hukum dalam buku dan hukum dalam praktiknya. “Ada legal fiction semua orang dianggap tahu hukum. Aparat penegak hukum selalu berpegangan dengan prinsip tadi.”

Selain fiksi hukum semua mengetahui hukum, selalu ada prinsip yang menyuarakan hukum yang baru mengesampingkan hukum yang lama. Dalam praktiknya, terdapat peristiwa-peristiwa nyata yang berbeda dengan teori dan penjelasan di buku. Tak heran bila di Indonesia banyak orang tunduk pada hukum bukan hanya karena sanksinya, melainkan juga legitimasi.

“Ada antar sesama hakim yang mencoba melihat law in action dan law in book bisa berbeda perspektif dengan berusaha memberi (nilai) keadilan (ketimbang kepastian hukum, red). (Sebagai contoh) kamar agama banyak putusan progresif, salah satunya bagian perempuan dalam pembagian harta bersama, misal dalam Putusan MA No. 265 K/AG/2010.”

Sejumlah putusan yang bersifat progresif lainnya, seperti terkait dengan ultra petita; ingkar janji menikah sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH); hak asuh anak; dan masih banyak contoh kasus lainnya. Tak bisa dipungkiri memang untuk membuat putusan yang berimbang bukan perkara mudah.

“Jadi sebagai pelajar hukum, jangan selalu percaya law in action (karena praktiknya tidak selalu sesuai dengan law in books, red). Tapi dalam praktik (sebetulnya tetap, red) banyak hal bagus dan progresif, tinggal lakukan literasi, dan baca Hukumonline,” saran Yasin.

Tags:

Berita Terkait