Mendiang Kuntoro Mangkusubroto di Mata Sahabat
Terbaru

Mendiang Kuntoro Mangkusubroto di Mata Sahabat

Kerendahan hati almarhum, kemauan belajar, menyerap pendapat orang lain, ketajaman daya analisisnya untuk persoalan serumit apapun, independensi dan integritasnya menjadikan almarhum seorang pemimpin yang nyaris sempurna.

Willa Wahyuni
Bacaan 3 Menit
Mendiang Kuntoro Mangkusubroto. Foto: Istimewa
Mendiang Kuntoro Mangkusubroto. Foto: Istimewa

Indonesia kehilangan sosok orang di balik pemulihan Aceh pasca badai besar gelombang tsunami 2004 silam. Adalah Menteri Pertambangan dan Energi Periode 1998-1999, Kuntoro Mangkusubroto menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (17/12/2023) dini hari di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta karena sakit.

Almarhum Kuntoro merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Stanford University, Amerika Serikat. Sederet jabatan penting di tanah air pernah diampunya sejak era orde baru hingga di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kuntoro semasa hidupnya pernah menjabat Kepala Badan Pelaksana - Badan Rehabilitasi Rekonstruksi Aceh-Nias yang bertugas melakukan pemulihan kawasan Aceh dan Nias pasca tsunami 26 Desember 2004.

Tidak lama, almarhum kemudian ditunjuk sebagai Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pada Kabinet Indonesia Bersatu II di 2009 era pemerintahan SBY Jilid II. Diketahui, almarhum juga salah satu penyantun Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera.

Salah satu pendiri dan pengajar di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera, Arief T. Surowidjojo mengenang almarhum Kuntoro sebagai sosok yang nyaris sempurna. Bahkan boleh dibilang seharusnya patut memimpin negara agar menjadi lebih baik, apalagi di tengah krisis kepemimpinan saat ini.

Baca juga:

Arief yang kini menjabat Ketua STH Indonesia Jentera itu menilai keahlian Kuntoro Mangunsubroto secara akademis di bidang ‘ilmu keputusan’ diterapkan dengan amat efektif dan bijak. Menurutnya nyaris semua penugasan yang diembannya berhasil dalam mengedalikan krisis

“Kerendahan hatinya, kemauan belajar, menyerap pendapat orang lain, ketajaman daya analisisnya untuk persoalan serumit apapun, independensi dan integritasnya menjadikan almarhum seorang pemimpin yang nyaris sempurna dan seharusnya patut memimpin negara ini lebih baik dari pemimpin manapun, apalagi di tengah krisis kepemimpinan sekarang ini,’’ ujarnya melalui pesan singkat kepada Hukumonline, Senin (18/12/2023).

Tags:

Berita Terkait