Pengadilan Kanada Terima Emoji Jempol sebagai Bentuk Persetujuan Perjanjian
Utama

Pengadilan Kanada Terima Emoji Jempol sebagai Bentuk Persetujuan Perjanjian

Hakim memandang pengadilan perlu beradaptasi dengan "realitas baru" tentang cara orang berkomunikasi dan melihat fakta adanya pola kebiasaan memberi persetujuan melalui pesan singkat antara para pihak. Putusan ini dinilai cukup progresif, tapi belum tentu bisa diterapkan di Indonesia.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit
Ilustrasi
Ilustrasi

Dunia hukum perdata internasional diramaikan dengan putusan Hakim di Kanada yang memutus emoji jempol (thumb up) sama validnya dengan tanda tangan sebagai tanda persetujuan. Pengadilan Kanada berpandangan pengadilan perlu beradaptasi dengan "realitas baru" tentang cara orang berkomunikasi.

Hal tersebut dituangkan dalam putusan The Court of King's Bench of Saskatchewan dimana hakim memerintahkan seorang petani untuk membayar 82.000 Canadian Dollar (sekitar Rp 933,756 juta) atas kontrak yang tidak terpenuhi (wanprestasi).

Baca Juga:

Seperti diberitakan berbagai media massa, kasus ini berujung di meja hijau lantaran seorang petani di Saskatchewan bernama Chris Achter yang gagal menjual 87 ton rami kepada pembeli biji-bijian di tahun 2021. Saat itu pembeli sudah menandatangani kontrak dan mengirimkan fotonya kepada sang petani, lantas ditanggapi oleh Chris dengan emoji jempol (👍).

Menanggapi hal tersebut, Chris mengaku emoji yang diberikan bermaksud untuk mengkonfirmasi sudah menerima kontrak rami dan bukan konfirmasi menyetujui persyaratan kesepakatan. Sedangkan pembeli biji-bijian yakni Kent Mickleborough telah menampilkan foto kontrak yang dikirimkan ke ponsel Chris disertai dengan pesan “tolong konfirmasi kontrak rami”. Karena itu, Mickleborough mengartikan emoji jempol balasan dari Chris sebagai tanda petani itu menyetujui kontrak dan menjadi caranya menandakan persetujuan.

“Pengadilan mengakui bahwa emoji 👍 adalah cara non-tradisional untuk ‘menandatangani’ dokumen. Namun demikian dalam keadaan ini, ini adalah cara yang sah untuk menyampaikan dua tujuan ‘tanda tangan’,” demikian tertuang dalam Putusan seperti dikutip dari laman resmi Canadian Legal Information Institute (CanLII), Kamis (8/6/2023).

Tujuan yang dimaksud untuk mengidentifikasi penanda tangan (subjek) yakni Chris yang menggunakan nomor ponselnya yang unik; dan seperti yang ditemukan oleh Hakim untuk menyampaikan penerimaan Chris Achter atas kontrak rami.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait