Perlu Inovasi Pelaku Usaha untuk Mendukung Program Pengurangan Emisi Karbon
Terbaru

Perlu Inovasi Pelaku Usaha untuk Mendukung Program Pengurangan Emisi Karbon

Indonesia berkomitmen mencapai target pengurangan emisi nasional sebesar 31,89% pada tahun 2030.

Fitri Novia Heriani
Bacaan 2 Menit
Dialog Mengintegrasikan ESG dalam Rencana Dekarbonisasi: Tantangan dan Peluang Peningkatan Kinerja Keberlanjutan, yang diselenggarakan oleh AEI sekaligus peringatan HUT AEI ke-35 di BEI, Rabu (13/12). Foto: FNH
Dialog Mengintegrasikan ESG dalam Rencana Dekarbonisasi: Tantangan dan Peluang Peningkatan Kinerja Keberlanjutan, yang diselenggarakan oleh AEI sekaligus peringatan HUT AEI ke-35 di BEI, Rabu (13/12). Foto: FNH

Environmental, Social, and Governance atau ESG merupakan konsep yang mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi maupun bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan tiga kriteria yaitu lingkungan, sosial serta tata kelola. Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG wajib untuk melakukan implementasi terhadap prinsip pelestarian lingkungan lingkungan, tanggung jawab sosial serta tata kelola yang sesuai. Pada intinya, ESG hadir untuk mendukung perusahaan untuk tetap menyeimbangkan bisnis yang sehat untuk jangka panjang.

Meski tidak serupa, prinsip ESG sendiri bisa sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi emisi karbon gas rumah kaca (GRK) atau dekarbonisasi. Lewat dekarbonisasi, diharapkan Indonesia bisa satu langkah lebih dekat untuk memenuhi komitmen negara dalam mencapai target pengurangan emisi nasional sebesar 31,89% pada tahun 2030.

Untuk mewujudkan target pengurangan emisi karbon itu, maka diperlukan kerja sama pelaku usaha. Division Head of Enhancing Livelihood Programme - Unilever Indonesia Foundation Lucius Dinto menyampaikan bahwa untuk mendukung pengurangan emisi karbon, maka perusahaan perlu melakukan inovasi-inovasi yang dapat berdampak positif pada perubahan iklim.

Baca Juga:

Dinto menjelaskan beberapa langkah inovasi yang dilakukan pihaknya, baik dari sisi logistik maupun operasional perusahaan. Misalnya dengan menggunakan listrik yang tersertifikasi IREX, menggunakan bahan bakar terbarukan pengganti bahan bakar fosil seperti biofuel B35, atau untuk operasional perusahaan menggunakan truk yang lebih besar.

“Dari sisi logistik melakukan perbaikan fleet, menggunakan biofuel B35, dan menggunakan truk yang lebih besar, itu inovasi yang dilakukan baik operasional maupun logistik,” kata Dinto dalam dialog “Mengintegrasikan ESG dalam Rencana Dekarbonisasi: Tantangan dan Peluang Peningkatan Kinerja Keberlanjutan”, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) sekaligus peringatan HUT AEI ke-35 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (13/12).

Sementara itu Head of Corporate Communications PT Indofood Sukses Makmur Stefanus Indrayana menambahkan bahwa saat ini sustainability yang dilakukan perusahaan dalam berbagai bidang merupakan bentuk mandatori, bukan voluntary. Dia mengingatkan hal itu penting dilakukan, agar perusahaan tidak hanya berfokus pada income saja tetapi juga peduli lingkungan dan sosial.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait