Buruknya kualitas udara di Jakarta yang semakin terasa akhir-ini menjadi pemberitaan sejumlah media asing. Diketahui pekan lalu, Jakarta menduduki peringkat puncak di dunia soal kualitas udara yang buruk versi IQAir. Awal pekan ini, ibu kota RI itu menduduki peringkat kedua, sementara pada US Air Quality Index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Jakarta tercatat di angka 156.
Berdasarkan tingkat polusi, DKI Jakarta masuk dalam kategori kondisi tidak sehat sejak tiga hari terakhir. Konsentrasi polutan tertinggi udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5. Konsentrasi tersebut 13 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO). Sedangkan cuaca di Jakarta pada Rabu 16 Agustus 2023 pagi, berkabut dengan suhu 25 derajat celsius, kelembapan 72 persen, gerak angin 3,7 km/h, dan tekanan sebesar 1014 milibar. Situs ini juga merekomendasikan masyarakat untuk mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara, menutup jendela, dan hindari aktivitas outdoor.
Ternyata buruknya udara di Jakarta sudah terdeteksi setidaknya pada awal 1990an. Saat itu, Program Lingkungan PBB (UNEP) melakukan uji petik kualitas udara di 20 megapolitan dari seluruh dunia, termasuk Jakarta. Ibu kota Indonesia dipilih karena waktu itu diprediksi akan menjadi wilayah padat penduduk di kemudian hari yang berisiko memiliki kualitas udara yang buruk.
Meskipun kualitasnya buruk, tetapi belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Hingga para aktivis yang tergabung dalam Tim Advokasi Gerakan Ibukota mengajukan gugatan Citizen Law Suit (CLS) pada 2021 yang meminta agar pemerintah pusat, DKI Jakarta dan Banten untuk melakukan langkah konkret menanggulangi polusi di DKI Jakarta dan wilayah penunjang.
