Menanamkan Nilai-nilai Empat Pilar Melalui Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang
Pojok MPR-RI

Menanamkan Nilai-nilai Empat Pilar Melalui Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang

Lakon yang diangkat adalah ‘Sumpah Setyaki’ yang memang sengaja dipilih, karena karakter tokoh ini sangat sejalan dengan nilai-nilai Empat Pilar.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR metode pagelaran seni budaya, digelar di halaman Kantor Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Senin (10/12). Dikemas dalam bentuk lain dari biasanya, bahkan mungkin layak disebut sebuah eksperimen. Yakni mengkolaborasikan dua kesenian tradisional Jawa, wayang kulit dan wayang wong, dalam satu panggung, satu  lakon cerita, dan satu dalang. Hasilnya, sebuah tontonan yang cukup memikat.

 

Ide ini datang dari anggota MPR  Kelompok DPD Bambang Sadono. Sebagai seorang yang penggemar wayang, Bambang Sadono berkehendak menghadirkan sesuatu yang beda dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR di Jepara ini. Perlu diketahui, dia pernah menghadirkan pertunjukan wayang kulit dengan dua dalang dalam satu lakon cerita. Kali ini kolaborasi wayang kulit dan wang orang. Dan, kolaborasi dua jenis kesenian ini bermain dalam lakon ‘Sumpah Setyaki.”

 

Bekerjasama dengan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Jepara dan atas masukan dari Bambang Sadono, Setjen MPR selaku pelaksana kegiatan ini menghadirkan grup wayang kulit dari Rembang dengan dalang Ki Sigit Ariyanto. Sementara untuk para pemain wayang orang dipilih mahasiswa seni tari dari Universitas Negeri Semarang (UNES). Para mahasiswa seni tari ini di bawah binaan Restu Lanjari, dosen seni tari UNES yang juga  adalah istri Bambang Sadono.

 

Atas nama pimpinan MPR, Bambang Sadono membuka secara resmi pagelaran seni budaya di Jepara ini. Pembukaan ditandai penyerahan tokoh wayang (Setyaki) oleh Bambang Sadono kepada dalang Ki Sigit Ariyanto. Disaksikan oleh Kepala Biro Humas Setjen MPR Siti Fauziah, Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga dan Layanan Informasi Biro Humas, Muhamad Jaya, Ketua PWRI Jepara HM. Suharno, Forkompimda Kab. Jepara, Camat Jepara Muhamad Syafi’i, beserta Forkompimda Kecamatan Jepara; dan tokoh masyarakat, tokoh agama, serta ratusan masyarakat setempat.

 

Bambang Sadono dalam sambutannya menjelaskan sekilas mengenai bentuk kolaborasi pertunjukan wayang kulit dan wayang orang ini. Jadi, potongan cerita dalam wayang kulit dipadupadankan dengan wayang orang. Sehingga jalan cerita berjalan lancar, dan menyatu. Untuk melakukan ini para mahasiswa membutuhkan empat hari latihan tanpa diiringi dalang, dan sekali latihan diiringi dalang yang dilakukan beberapa saat sebelum pementasan dilaksanakan.

 

Selanjutnya, Bambang Sadono yang pernah menjabat Ketua Badan Pengkajian MPR ini menyatakan, pagelaran seni budaya wayang paling cocok untuk sarana sosialisasi Empat Pilar di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Selain memang digemari, wayang termasuk seni yang memasyarakat dan ceritanya mudah dicerna. Untuk itu, Bambang Sadono mengusulkan agar jumlah (kuota) pementasan seni budaya di Jawa Tengah ditambah lagi di masa mendatang.

 

Mengenai lakon ‘Sumpah Setyaki’ yang memang sengaja dipilih, karena karakter tokoh ini sangat sejalan dengan nilai-nilai Empat Pilar. Setyaki, jelas Bambang Sadono, adalah sosok pejuang yang sangat ikhlas. Dia sosok yang luar biasa, dan seorang pahlawan yang sama sekali tak punya kasus.  Meski tubuhnya kecil dan berkulit hitam, dia berjuang untuk membela pemimpinnya tanpa diperintah. Jadi, “Setyaki adalah simbol seorang yang ikhlas berjuang,” katanya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait