MPR Sapa Sahabat Kebangsaan di UIN Syarif Hidayatullah
Pojok MPR-RI

MPR Sapa Sahabat Kebangsaan di UIN Syarif Hidayatullah

Mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan dan kemajuan bangsa

Oleh:
Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR Budi Muliawan. Foto: Istimewa.
Kabag Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR Budi Muliawan. Foto: Istimewa.

TANGERANG SELATAN - Mahasiswa adalah intelektual muda yang idealis dan sangat kuat memegang teguh nilai-nilai yang dipercayai sebagai nilai kebenaran. Hal demikian berbeda dengan pelajar pada umumnya yang datang ke sekolah dan sebatas untuk menimba ilmu. Mahasiswa kerap terpanggil hati nuraninya untuk peduli pada masalah-masalah yang ada.

Demikian dikatakan Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Setjen MPR, Budi Muliawan SH, MH, ketika menjadi narasumber dalam diskusi bertema ‘Peran Mahasiswa sebagai Tonggak Pemersatu dalam Kebhinnekaan’, di acara Sarasehan Kehumasan MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan, di Aula Madya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan, Banten, 29 November 2021.

Lebih lanjut dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah, Cecep Castrawijaya, MA; Ketua Senat Mahasiswa FDIKOM UIN Syarif Hidayatullah, Syafira Febby; serta puluhan mahasiswa, itu Budi Muliawan menuturkan peran yang demikian membuat posisi mahasiswa masuk dalam level atau tataran kaum intelektual di tengah masyarakat. Posisi yang demikian membuat Budi Muliawan menyebut mahasiswa memiliki peran dan fungsi sosial yang mampu mewarnai dan memberi dampak bagi kemajuan peradaban dan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Alumni Program Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia ini mengutip lima peran penting mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang disebut Leila Mona di jurnal Mengembangkan ‘Personal Social Responsibility (PSR)’ dalam Membangun Karakter Mahasiswa.

Pertama, sebagai iron stock, mahasiswa dituntut memiliki kepribadian yang baik dan menjadi manusia yang tangguh dengan akhlak mulia, untuk menggantikan generasi sebelumnya. Akhlak artinya memiliki kelakuan yang mulia dan mengutamakan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Kedua, sebagai agent of change, di mana mahasiswa diharapkan bisa mewujudkan dan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara agar menjadi lebih sejahtera. Agent of change pada pernyataan tersebut memiliki makna bahwa pemuda Indonesia harus membawa perubahan ke arah yang lebih positif atau baik.

Ketiga, sebagai guardian of value, mahasiswa diajarkan untuk bisa berpikir secara ilmiah dan mencari kebenaran atau fakta. Selain itu, mahasiswa juga berperan sebagai penjaga nilai di masyarakat untuk mengawasi dan menyuarakan pendapat jika ada penerapan nilai yang tidak sesuai. Nilai di masyarakat tersebut di antaranya kejujuran, menjunjung tinggi keadilan, integritas, gotong royong, rasa empati dan nilai lainnya.

Keempat, mahasiswa sebagai moral of force, mahasiswa dijadikan sebagai acuan dasar untuk berperilaku. Mahasiswa diharapkan bisa mencerminkan nilai karakter yang baik sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Nilai karakter ini bisa ditunjukkan lewat moral yang beradab atau perilakunya yang sesuai dengan statusnya sebagai mahasiswa.

Kelima, ‘mahasiswa sebagai social control, diharapkan bisa menjembatani hubungan masyarakat dengan pemerintah lewat penyampaian aspirasi, kemampuan mengkritik kebijakan pemerintah atau hal lainnya. Dalam hal ini, mahasiswa juga berupaya untuk mengontrol kehidupan sosial masyarakat. Ketika melihat adanya ketidakberesan dalam masyarakat, mahasiswa harus mampu menyampaikan kritik atau saran kepada pihak yang berwenang.

Lima peran itu menurut Budi Muliawan perlu ditambah dengan mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi,yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. “Nilai-nilai di atas membuat mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dalam  pembangunan dan kemajuan bangsa,” ujarnya.

Peran strategis yang dilakukan mahasiswa menurut Budi Muliawan sudah terbukti dan tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa.  Catatan sejarah itu disebutkan adalah peristiwa fenomenal yang menjadi tonggak awal bersatunya seluruh pemuda Indonesia dari berbagai daerah, yakni Sumpah Pemuda Tahun 1928.  “Saat itu, kebhinnekaan sangat terasa kental.  Tidak ada yang mempermasalahkan perbedaan, semua fokus bersatu demi Indonesia,” ujarnya.

Peristiwa bersejarah selanjutnya, adalah kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh kaum muda.  Salah satunya, melalui peristiwa ‘Rengasdengklok’ yakni peristiwa sejumlah pemuda pejuang mendesak Soekarno dan Hatta agar segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Mereka dibawa ke Rengasdengklok, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan RI, pada 17 Agustus 1945.

Perubahan kondisi politik di era tahun 1965-1966 yang menggerakan juga dari kaum muda mahasiswa, dan terakhir era reformasi muncul di tahun 1998, penggeraknya juga mahasiswa.  "Artinya, semua yang tercatat dalam sejarah itu sebagai bukti otentik bahwa peran mahasiswa betul-betul sangat penting.  Untuk itulah kami mendorong mahasiswa seluruh Indonesia untuk bangkit mengambil peran itu demi Indonesia maju,” kata Budi Muliawan.

Tags: