Tajuk

Jaksa Agung

Pilihan Presiden Megawati untuk Jaksa Agung baru banyak mengecewakan para reformis yang menginginkan perubahan dalam tempo sesingkatnya pembaharuan, penegakan, serta pelaksanaan hukum dan keadilan di Indonesia. Setelah pilihan kabinetnya yang dianggap kompromistis dengan pasar, Mega kemudian menunda penunjukkan Jaksa Agung beberapa hari.
ATS

Prioritas Mega

Presiden baru, Megawati Soekarnoputri, sudah dipilih. Dari satu sisi terlihat bahwa memang sebagai pemenang pemilu lalu, walau tidak mayoritas mutlak, ada elemen kepantasan bahwa Mega akhirnya menjadi presiden. Dari soal kemampuan dan komitmen untuk memberantas korupsi dan membangun sistem hukum dan pemerintahan yang bersih, wajar akan banyak timbul pertanyaan yang meragukan.
ATS

Pahlawan

Pahlawan lahir untuk jamannya. Itu sebabnya mungkin secara sadar Soeharto menyebut dirinya Bapak Pembangunan, karena dia tidak bisa menyebut dirinya Bapak Konstitusi atau Proklamator Kemerdekaan atau Bapak Pancasila. Walaupun kenyataannya, pembangunan ala Soeharto hanya menghasilkan Indonesia menjadi negara nyaris tanpa hukum, paling korup sedunia, kesenjangan sosial, dan kesejehtaraan yang selalu membara, tatanan birokrasi yang bobrok dan feodal, serta terbungkamnya mulut rakyat selama tiga dekade.
ATS

Pemihakan

Kumbakarna berwajah jelek dan terkesan jahat. Dia adalah bentuk seburuk-buruknya raksasa yang seakan terasosiasi dengan iblis jahat. Dialah adik Rahwana, maharaja kejahatan bermuka selaksa, raksasa immortal yang menyebarkan bibit-bibit kejahatan berkesinambungan sampai akhir jaman.
ATS

Kampungan

Istilah kampungan tidak selalu berkonotasi negatif atau merugikan. Kadang istilah ini berarti tradisional atau anti kemajuan atau kemajuan yang salah kaprah.
ATS

Letusan Merapi dan Korupsi

Teman baik saya, seorang tokoh LSM di Yogya yang juga pengacara lembaga bantuan hukum orang-orang miskin, tiba-tiba menelepon saya pagi-pagi sekali. Katanya : Mas, saya mengalami hal-hal aneh semalam sampai pagi ini. Semalam dari jendela rumah saya, puncak Merapi melelehkan lavanya dengan lidah-lidah apinya yang merah, menuruni lereng dan lembah Merapi. Sungguh nampak indah, tapi bukan main bahayanya bagi mereka yang ada di dekat sana. Kemudian pagi ini saya dibangunkan oleh suara burung prenjak dari pohon randu di halaman saya, sungguh kicaunya serasa mengiris hati."

Patriotisme Baru

Patriotisme tidak selalu berhubungan dengan keberanian para pahlawan bangsa, atau bahkan gugur untuk ibu pertiwi. Patriotisme bisa lahir dari orang-orang biasa dan dari kejadian-kejadian biasa. Setiap bangsa membutuhkan pahlawan dan perbuatan heroik. Setiap bangsa memerlukan patriot dan patriotisme. Kebutuhan tadi bisa jadi untuk kepentingan suatu bangsa untuk memelihara identitas kebangsaannya, atau mempertahankan kesatuan teritorial, atau semata-mata untuk menumbuhkan ikatan emosional untuk memelihara kepentingan bersama. Akan tetapi, bisa juga itu kebutuhan yang dihidupkan oleh penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya di atas emosi dan kehausan rakyat untuk mempunyai dan melegendakan patriot dan patriotisme.

Meniti Takdir

Sri Krishna adalah manusia setengah dewa atau mungkin dewa setengah manusia. Mahabharata menceritakan bahwa dia titisan Sang Wisnu. Dan ceritanya, paling tidak yang digambarkan dalam komik wayang karangan R. Kosasih, kurang lebih dia ditugasi turun dari surga untuk mengatur agar kehidupan umat manusia di bumi berjalan sesuai dengan takdir yang telah digarisi oleh para dewata.

Kesempatan dalam Krisis

Krisis multidimensi dalam suatu masyarakat yang sudah mapan sistem dan struktur ekonomi, hukum, dan politknya biasanya akan ditangani dengan proses penyembuhan sendiri (self healing). Karena sistem dan struktur yang ada, telah memberikan mekanisme jalan keluar yang sudah disetujui bersama oleh rakyat melalui kesepakatan yang dituangkan dalam konstitusi dan aturan-aturan bawahannya yang jelas, adil, terang, dan dapat dilaksanakan. Lembaga-lembaga kenegaraan juga mengeluarkan kebijakan baru untuk mengatasi krisis tersebut sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan bersama itu.

Kebencian Masal

Bangsa Indonesia tidak pernah belajar berdemokrasi dengan baik. Sepintas pada kehidupan demokrasi Indonesia tahun 50-an, tercatat bahwa kita pernah belajar berdemokrasi dengan kematangan berfikir. Apa yang membedakan kapan kita belajar atau tidak belajar demokrasi dengan baik? Kita belajar berdemokrasi dengan baik bilamana pendapat yang sifatnya ideologis tidak digugat. Kita belajar berdemokrasi dengan matang bilamana kita melakukan debat publik tanpa menyerang pribadi dan melibatkan SARA (Suku Agama Ras Antargolongan). Kita belajar demokrasi secara salah dan dengan jelek kalau kita menghujat pendapat, kalau kita menumbuhkan kebencian masal dengan luas pada lawan politik kita.