Dari lakon Romeo and Juliet karya William Shakespeare banyak dikutip penggalan berikut: what’s in a name? That which we call a rose by another name would smell just as sweet. Apalah arti sebuah nama? Andaikan kita memberikan nama lain untuk sekuntum mawar, ia akan tetaplah wangi. Dari lakon Romeo and Juliet, terkesan bahwa nama tidaklah terlalu penting. Sepanjang sesuatu berkualitas, ia tetaplah menarik bagi banyak orang.
Benarkah nama sesuatu tidak penting sebagaimana dalam lakon Romeo and Juliet tersebut? Bagi orang hukum, jawaban atas pertanyaan itu sangat jelas. Nama adalah penting. Nama bukan sekadar identitas kependudukan, tetapi juga berguna untuk banyak hal. Adakalanya orang hukum mengatur nama apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Cobalah simak ketentuan pembuatan nama perseroan. Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dilarang menggunakan nama yang telah dipakai secara sah oleh perseroan lain. Artinya, tidak boleh ada nama perseroan yang sama persis, atau sama pada pokoknya.
Lain perseroan, lain pula manusia. Manusia boleh mempunyai nama yang sama. Seseorang yang mempunyai nama sama dengan orang lain tidak dapat menggugat orang lain tersebut agar mengubah atau mengganti namanya. Namun seseorang dapat meminta namanya sendiri diganti atau orang tua dapat meminta nama anaknya diubah dalam dokumen kependudukan yang sudah tercatat. Orang yang meminta pengadilan mengesahkan pergantian jenis kelamin umumnya sekaligus juga meminta perubahan namanya.
Dapatkah dibayangkan seseorang tanpa nama, baik panggilan maupun nama resmi dalam dokumen kependudukan? Bagaimana ia berkomunikasi dengan orang lain, terutama anggota keluarga? Bagaimana memastikan bahwa yang bersangkutan adalah anak dari seseorang? Kalau ia hendak menggugat karena suatu pencemaran, bagaimana merekonstruksi tuduhan pencemaran nama?
