Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham
Profil

Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham

Modal pertama adalah disiplin. Kedua, ketekunan. Ketiga adalah mencintai pekerjaan. Jangan selalu memikirkan uang. Rezeki akan datang mengikuti.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Kementerian Keuangan juga pernah memberikan penghargaan pada Kemenkumham atas keberhasilan mengelola Barang Milik Negara serta penyerapan anggaran terbaik dengan laporan keuangan berpredikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

 

Sementara itu, Bambang sendiri juga mendapat penghargaan sebagai salah satu Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Teladan Nasional Tahun 2017 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

 

Pengetahuan hukum diakui Bambang sebagai modalnya memahami regulasi dan taat aturan dalam bekerja. Gelar magister bidang manajemen membuatnya mantap dalam menggeluti urusan administrasi. Terakhir, Bambang menuntaskan pendidikan doktor di bidang ilmu pemerintahan untuk mendalami konsep pelayanan publik. “Jadi saya hubungkan ilmu saya yang lintas bidang untuk menunjang pekerjaan saya sebagai birokrat,” katanya.

 

Kedisiplinan Bambang terhadap waktu membuat hukumonline sempat terkecoh dengan jam dinding di ruang kerjanya, lantai tujuh Graha Pengayoman, Kementerian Hukum dan HAM. Hukumonline mengira sudah terlalu lama mewawancarainya dihitung dari janji temu kami. Ternyata semua jam di ruangan Bambang diatur lebih cepat 30 menit dari seharusnya. Berikut petikan wawancara kami.

 

Bagaimana cerita awal berkarier di Kementerian Hukum dan HAM? Apakah memang bercita-cita akan menjadi pejabat di Kementerian Hukum dan HAM?

Kalau bercerita bagaimana saya berkarier di bidang hukum, mulainya dari ayah saya yang angkatan bersenjata lalu pensiun dan beralih jadi penasihat hukum sebuah perusahaan otobus di Pekalongan. Sedangkan ibu saya seorang pegawai negeri sipil di Departemen Perdagangan (sekarang Kementerian Perdagangan-red). Sehari-hari saya melihat bagaimana ayah saya menangani kasus hukum perusahaan otobus. Ada saja kasus kecelakaan yang membuat harus bersidang.

 

Singkat cerita, keduanya memberi kesan tersendiri bagi saya. Saat akan masuk kuliah, kedekatan saya dengan Ibu membuat saya ingin berkuliah di Fakultas Ekonomi (FE). Pekerjaan Ibu yang banyak berkaitan dengan ekonomi dan koperasi lebih menginspirasi saya. Di sisi lain, hobi saya membaca berita sosial politik di koran membuat saya ingin kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).

Tags:

Berita Terkait