Yanto, Hakim yang Bercita-cita Sebagai Guru Olahraga
Wawancara

Yanto, Hakim yang Bercita-cita Sebagai Guru Olahraga

Bagaimana siasat PN Jakarta Pusat bersidang saat pandemi hingga menuju ‘era terang’ dalam proses persidangan juga diceritakan Yanto sebelum purna di PN Jakarta Pusat.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit

Cita-cita awal?

Saya cita-citanya dulu guru olahraga karena muda saya itu pemain voli, pemain bulutangkis, pemain bola saya ikut klub. Tapi karena dulu mau daftar IKIP Malang antrenya kayak sepur (kereta) saya tidak sabar, itulah ceritanya. Saya main ke tempat teman, kebetulan kakaknya temen itu fakultas hukum, aku daftar ke situ. Kakaknya itu namanya Mas Broto ceritalah gimana kalau fakultas hukum, saya dengerin ya begitu aja.

Kenapa pilih jadi hakim?

Begitu lulus aku ke Semarang, ikut bapak saya. Ada teman kelas namanya Joko Sutrisno yang sekarang jadi panitera Sukoharjo itu ke rumah, ngajak ada cakim ayo daftar, itu ceritanya, cuma saya lolos dia enggak lolos.

Berniat untuk mencoba profesi lain? Seperti Pak Nawawi kan jadi pimpinan KPK?

Aku nih ngalir aja, mengalir aja. Saya tuh ya gimana ya, kalau ngajar iya, saya dosen tetap di Jayabaya, saya ngajar pasca sarjana S3 di situ, dosen tamu penguji UGM juga di Unas dan UPN. Kadang-kadang kalau jenuh ngedalang.

Dalang gimana?

Dari kecil udah suka begitu cakim di Sumatera hampir 16 tahun baru pulang ke Jawa, lalu jadi Ketua PN Bantul, ada dalang di sana. Tapi tidak sekolah saya, belajar sendiri.

Tags:

Berita Terkait