Aneka Perjanjian, Bukan Bahasa Masa Kini
Edisi Lebaran 2011:

Aneka Perjanjian, Bukan Bahasa Masa Kini

Banyak peristilahan dalam buku ini yang tidak lagi sesuai perkembangan ilmu hukum perjanjian.

MVT
Bacaan 2 Menit

 

Sayangnya, buku ini semakin tidak diminati kalangan akademis. Keluhan utama muncul terkait penggunaan istilah dan pilihan kalimat. Pengajar Hukum Perjanjian di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Veronica Komalawati, mengatakan ia tak lagi menyarankan buku ini digunakan oleh mahasiswa. “Buku itu tidak lagi populer, tidak lagi banyak dipakai,” ujar wanita peraih gelar profesor di bidang ilmu hukum ketika dihubungi hukumonline via telepon.

 

Menurut Veronica, banyak peristilahan yang dipakai di buku ini yang tidak mengikuti perkembangan hukum perjanjian. Hal ini tentunya mempersulit dosen ketika mengajar mahasiswa.

 

“Apalagi di Indonesia pengaruh hukum anglo-saxon mulai kental sehingga banyak peristilahan dan konstruksi hukum yang harus di-update namun tidak ditemukan di buku ini. Cuma kalau sebagai bahan bacaan, tambahan literatur, saya kira tidak masalah,” jelasnya.

 

Kesulitan memahami buku ini juga diakui Intan, mahasiswi semester tujuh Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Menurutnya, materi dalam buku ini agak sukar dipahami karena penggunaan bahasanya yang rumit.

 

“Contohnya di halaman 103, ada kalimat tidak telah dilakukan, terkemudian, dan beberapa lainnya. Saya harus baca berulang-ulang untuk bisa memahami, namun tetap agak sulit. Jadi saya menambah bahan bacaan dari buku lain untuk menunjang,” keluhnya.

 

Ketertinggalan materi buku ini mungkin bisa dimaklumi karena Subekti sudah lama meninggal dunia. Mantan Hakim Agung RI (1968-1974) ini berpulang pada bulan Desember 1992, hampir 19 tahun yang lalu. Rentang waktu 19 tahun tentu bukan waktu yang singkat untuk perkembangan ilmu hukum yang perlu dicermati.

 

Karena itu pula, buku Aneka Perjanjian ini tidak lagi dicetak. PT Citra Aditya Bakti yang bertanggung jawab untuk urusan penerbitannya, menyatakan pilihan itu dilakukan sejak tahun 1995. Edisi cetakan terakhir adalah bulan Agustus 1995. “Itupun hanya perubahan wajah sampul, tanpa ada revisi isi buku,” kata Juariah, pegawai Citra Aditya Bakti.

Halaman Selanjutnya:
Tags: