Di Era Industri 4.0, Lawyer Berkompetisi Sengit dengan Robot
Berita

Di Era Industri 4.0, Lawyer Berkompetisi Sengit dengan Robot

Meski membantu kerja lawyer, tapi ada skill tertentu yang akan sulit tergantikan oleh robot.

Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit

 

(Baca: Artificial Intelligence dalam Industri Hukum, Menyongsong Masa Depan Dunia Hukum Tanpa Hakim dan Lawyer?)

 

General counsel pada perusahaan asal Prancis Total E&P Indonesia, Indri Krisnavari, mengungkapkan ada beberapa peran in house lawyer yang tak akan bisa tergantikan oleh AI, salah satunya tuntutan in house untuk bekerja dengan pola pikir yang sadar biaya untuk saving cost dan beradaptasi dengan standar yang tinggi.

 

Kreatifitas menjadi kunci utama peran in house yang tak akan bisa tergantikan AI karena in house tak hanya dituntut mempunyai kemampuan di bidang hukum, tetapi juga dituntut untuk selalu menghasilkan inovasi baru dengan basis non-teknologi.

 

“Bahkan Total mengkompetisikan inovasi baru yang ditemukan oleh karyawan Total di seluruh dunia,” ungkap Indri.

 

Indri mencontohkan, di satu blok migas Mahakam, ada sekitar 6 ribu izin yang harus selesai, sehingga di compliance Total mempunyai inovasi untuk melakukan storage data sehingga dapat terlihat dengan mudah izin apa saja yang harus diperpanjang dan diperbaharui.

 

Sedangkan contoh lain untuk inovasi dengan basis non-teknologi, seperti misalnya inovasi solusi untuk bisa saving cost setiap tahunnya. Salah satu contohnya yakni bagaimana memberikan training kepada karyawan tanpa keluar uang? Itu bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan kerjasama melakukan short programe dengan perusahaan lain.

 

Psikolog Vera Itabiliana mengungkapkan memang ada skill tertentu yang akan sulit tergantikan oleh robot, ia menjabarkan skill tersebut seperti critical thinking (skill berpikir kritis), daya Imajinasi yang luas tak berbatas, problem solving (skill menyelesaikan masalah), decision making (skill membuat keputusan), skill berkomunikasi, self-esteem, emotional intelligence, team-work, empati dan bertoleransi.

 

“Hal-hal ini tak bisa di copy oleh mesin, karena ini keunggulan kita sebagai manusia. Skill itulah yang harus diperkuat dalam menghadapi kompetisi manusia dengan teknologi,” kata Vera.  

 

Tags:

Berita Terkait