Dosen HTN-HAN Diminta Kembangkan Sikap Kolegialitas dan Altruistik
Terbaru

Dosen HTN-HAN Diminta Kembangkan Sikap Kolegialitas dan Altruistik

Jangan anggap enteng mahasiswa di era kecerdasan buatan (artificial intelligence). Akses terhadap pengetahuan kini semakin terbuka lebar kepada siapa pun.

Muhammad Yasin
Bacaan 3 Menit

Salah satu perkembangan yang menarik, menurut Guntur, adalah aspek kelembagaan negara. Sejak era reformasi—terutama pascaamandemen UUD 1945—lembaga-lembaga kenegaraan berkembang pesat, baik karena perintah konstitusi (misalnya Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial) maupun amanat Undang-Undang dan perundang-undangan di bawahnya.

Selain sikap kolegialitas dan altruistik, para pengajar dalam APHTN-HAN perlu mengembangkan inklusivitas dalam arti membuka diri terhadap banyak hal. Asosiasi ini tidak hanya bagi dosen Perguruan Tinggi Negeri, tetapi juga Perguruan Tinggi Swasta, bahkan terbuka terhadap akademisi dari perguruan tinggi agama yang mengajar bidang HTN dan HAN. Mereka yang mengajar mata kuliah perizinan, misalnya, dapat dikategorikan ke dalam pengajar HTN-HAN. Mereka semua harus diterima sebagai anggota APHTN-HAN. Inilah esensi penting yang membuat organisasi ini tetap eksis hingga 44 tahun berdiri sejak pertama kali dipimpin Profesor Sri Sumantri.

Pada perhelatan yang sama, Sekretaris Jenderal APHTN-HAN, Bayu Dwi Anggono, menyebutkan acara ini diselenggarakan bukan hanya memperingati ulang tahun asosiasi. Hal yang lebih penting adalah mengimplementasikan pengembalian kualitas pengajaran dan sumber daya manusia APHTN-HAN. Dalam konteks itu, Bayu berharap, penataran pengajar HTN menjadi kegiatan yang bermanfaat.

Penataran juga sekaligus mengobati kerinduan para pengajar HTN-HAN terhadap perkembangan pengetahuan yang relevan. Apalagi asosiasi adalah rumah besar bagi siapapun yang ingin mengembangkan dirinya di bidang HTN dan HAN. “Hingga kini sudah ada 1.350 anggota,” jelas Bayu.

Tags:

Berita Terkait