Lebih lanjut, metodologi yang dilakukan dalam pemeringkatan ini berdasarkan rekomendasi yang dibuat kalangan lawyer dalam jajak pendapat peer-to-peer, serta in-house lawyer dalam 18 bidang hukum yang berbeda. Daftar responden bersumber dari penelitian yang dilakukan Statista di situs web perusahaan dan sumber publik lain.
Firma hukum terbaik teridentifikasi dan mendapat pemeringkatan berdasarkan jumlah rekomendasi yang mereka terima di setiap kategori berbeda. Kategori yang dimaksud beragam, mulai dari arbitrase, hukum keluarga, hingga teknologi. Totalnya, dari 100 firma hukum mendapat 308 penghargaan.
“Ini insight yang menarik. Semakin mengkonfirmasi bahwa cara melakukan perankingan law firm ini masih sangat relevan. Ternyata tidak hanya di Indonesia, tapi kita juga paham di wilayah yurisdiksi lain ini (pemeringkatan firma hukum) masih relevan,” ungkap Chief Media & Engagement Officer (CMO) Hukumonline Amrie Hakim.
Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu cara untuk memastikan dunia usaha dalam memilih law firm yang dapat jadi partner mereka. Dengan harapan bisnis perusahaan dapat berjalan sesuai koridor hukum yang semestinya dan dari segi compliance Perusahaan juga tetap terjaga.
Sebagai negara satu kawasan di Asia Tenggara dan negara tetangga, membuat banyak sektor bisnis termasuk dalam hal ini firma hukum Singapura menjalin kerja sama strategis dengan firma-firma hukum Indonesia. Sebut saja Rajah Tann yang diketahui mempunyai jalinan kerja sama dengan Assegaf Hamzah & Partners (AHP). Kemudian Hanafiah Ponggawa & Partners (Dentons HPRP) yang berafiliasi dengan Dentons Rodyk, dan seterusnya.
“Kita ketahui bersama AHP ini merupakan firma hukum terbesar di Indonesia dengan area praktik full service. Lalu Dentons HPRP juga terus menduduki peringkat 5 dalam daftar firma hukum terbesar dengan praktik area full service di Indonesia. Dapat dikatakan ini bukan kebetulan, keduanya menjalin kerja sama erat dan saling mendukung satu sama lain sebagai firma hukum terbaik,” terang Amrie.
Beda Mekanisme dan Metode
Sehubungan dengan pemeringkatan law firm, tentu setiap penyelenggara pemeringkatan memiliki mekanisme dan metode masing-masing yang berbeda satu sama lain. Untuk Hukumonline sendiri mempergunakan metode pemeringkatan berdasarkan jumlah fee earners di kantor hukum untuk mengukur firma-firma hukum terbesar di Indonesia.
“Dengan adanya metode dari Hukumonline yang mengedepankan jumlah fee earners, rekomendasi dari in-house counsel, dampak dari matters yang ditangani firma dalam konteks Indonesia itu sudah kami pandang paling relevan dengan industri layanan hukum saat ini.”
Ia menambahkan Hukumonline senantiasa melakukan evaluasi dan optimasi dalam penyelenggaraan Top 100 Indonesian Law Firms setiap tahunnya. Melalui pemeringkatan, Hukumonline sebagai entitas yang sejak lama menjalin hubungan dekat dengan firma-firma hukum di Indonesia ingin membantu agar law firm lebih dikenal luas oleh pihak-pihak yang membutuhkan jasa hukum mereka.
“Termasuk di dalamnya bagi in-house counsel yang membutuhkan jasa hukum law firm untuk memperlancar kegiatan bisnis mereka,” katanya.