Ingin Jadi Pribadi Adaptif dan Menginspirasi? Simak Tips dari Najwa Shihab
Utama

Ingin Jadi Pribadi Adaptif dan Menginspirasi? Simak Tips dari Najwa Shihab

Perubahan zaman menuntut personal untuk membuka diri dan beradaptasi.

Fitri Novia Heriani
Bacaan 4 Menit

Bagi Nana, pribadi adaptif harus sering melakukan refleksi untuk melihat ke dalam diri, menilai diri sendiri, menilai kemampuan diri sendiri, melihat kelebihan diri sendiri, jujur kepada diri sendiri, dan harus memiliki komitmen untuk melakukan hal yang lebih baik dari hari ini. (Baca: Dekan FH Undip: Perkembangan Legal Tech Beri Kemudahan Mengakses Keadilan)

Hukumonline.com

Najwa Shihab membagikan tips kepada generasi muda untuk menjadi pribadi yang adaptif.

“Harus mau bertindak, jadi kalau ada sesuatu bukan ‘so what’ tapi ‘now what’, bukan sikap bodo amat. Ini syarat jika kita mau jadi orang yang adaptif. Kita harus sering refleksi melihat ke dalam diri apa sesungguhnya goal kita, apa yang sudah kita lakukan apakah sudah maksimal, apa kelebihan yang harus kita push dan punya komitmen untuk melakukan hal yang lebih baik dari hari ini. Dan ini prinsip yang harus dilakukan untuk bisa survive di zaman peralihan ini,” jelas wanita lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini.

Nana juga mengingatkan untuk mengabaikan komentar miring dari orang-orang yang dapat menimbulkan kekhawatiran di dalam diri sendiri sehingga ragu-ragu saat mengambil keputusan. Keragu-raguan ini, lanjutnya, membuat pribadi sulit untuk bertindak karena terlalu menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan apa yang orang pikirkan. Ini akan menjadi mental barrier yang harus disingkirkan. Ini menjadi prinsip yang harus ditegakkan agar pribadi bisa survive di zaman peralihan.

Pada akhirnya, banyak orang yang tidak mampu bertahan dan bersaing yang akhirnya tergilas oleh zaman karena tak bisa menjalankan sikap-sikap di atas. Menurut Nana agar pribadi bisa fokus dalam mengejar tujuan, diperlukan desain untuk mencapai goals. Desain ini akan menjadi pegangan menuju goals.

“Desain itu harus jadi pegangan, kalau enggak yakin kita bisa terombang-ambing. Kita harus tahu lebih banyak, terkadang orang enggak ada pilihan dan stack karena referensi kita terhadap kemungkinan yang ada terbatas, dan seakan apa yang ada sekarang sudah cukup. Tentukan goals, goals-nya jangan nanggung karena mimpi itu harus maksimal dan pilihan itu banyak terutama di generasi sekarang yang betul-betuk kayak di ujung jari, teknologi dan bisa berjejaring dengan banyak sekali orang di belahan dunia,” imbuhnya.

Kemudian untuk mendukung tercapainya tujuan diperlukan lingkungan yang dapat men-support menuju goals. Lingkungan dimaksud tak hanya keluarga, tapi juga pertemanan yang bisa saling mendukung, memecut dan mengingatkan tujuan utama. Hal ini dapat mengikis suara-suara negatif mengkhawatirkan yang menjadi penyebab kegagalan.

“Kalau kita mendapat suara-suara negatif, kekhawatiran-kekhawatiran akan keagagalan sebagai ketakutan yang kita miliki, semoga bisa dikikis sedikit demi sedikit. Hasil bisa didapat dengan usaha sendiri, apa kata orang ya hanya kata orang. Set goals-nya harus diingat,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait