Jumlah Difabel Meroket di Palestina, Butuh Bantuan Lebih Banyak
Utama

Jumlah Difabel Meroket di Palestina, Butuh Bantuan Lebih Banyak

Ada lebih dari 70.000 orang dengan disabilitas di Gaza sekarang. Amputasi dilakukan tiap hari yang menambah jumlah penyandang disabilitas baru.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 3 Menit
Fatma A.S. Alghusain, Direktur Eksekutif Amna Care Fund dalam Hukumonline International Law Webinar Series 2024: Kondisi Terbaru di Gaza, Palestina: Peran Indonesia dan Hukum Internasional, Kamis (14/3/2024).
Fatma A.S. Alghusain, Direktur Eksekutif Amna Care Fund dalam Hukumonline International Law Webinar Series 2024: Kondisi Terbaru di Gaza, Palestina: Peran Indonesia dan Hukum Internasional, Kamis (14/3/2024).

Data Badan Pusat Statistik Palestina mencatat setidaknya ada lebih dari 58000 penyandang disabilitas sebelum genosida oleh Israel pada 7 Oktober 2023 dimulai. Jumlah itu kini meroket dengan kondisi hampir tidak ada layanan kesehatan apa pun yang bisa diakses. Kondisi ini terungkap dalam Hukumonline International Law Webinar Series 2024: Kondisi Terbaru di Gaza, Palestina: Peran Indonesia dan Hukum Internasional, Kamis (14/3/2024).

“Diperkirakan ada lebih dari 1000 anak sudah kehilangan sejak perang dimulai. Ada lebih dari 70.000 orang dengan disabilitas di Gaza sekarang. Amputasi dilakukan tiap hari,” kata Fatma A.S. Alghusain, aktivis hak-hak penyandang disabilitas Palestina. Ia berupaya menggalang dukungan internasional untuk menyediakan bantuan khusus bagi para penyandang disabilitas Palestina melalui Amna Care Fund.

Baca juga:

Fatma menyebut setidaknya ada 9.000 perempuan dan 13.500 anak-anak di Gaza, Palestina sudah terbunuh dalam perang yang masih berlangsung. Namun, lebih dari itu ada banyak korban selamat yang harus menjadi penyandang disabilitas. Padahal, fasilitas hidup layak hampir tidak ada lagi di Gaza saat ini. Kondisi ini menjadi jauh lebih menyulitkan bagi penyandang disabilitas untuk bertahan hidup.

“Ada lebih dari 10.000 orang pasien kanker yang butuh dukungan medis, mereka pun menghadapi kematian sekarang,” ujar Fatma menambahkan. Ia menguraikan kesulitan yang berkali lipat dialami penyandang disabilitas untuk bertahan hidup di tengah genosida yang terus berlangsung.

“Siapa yang mampu saling mendukung saat ini karena mereka semua sedang menderita trauma. Seorang Ibu bahkan kesulitan mengatasi traumanya sendiri apalagi menolong anaknya,” kata Direktur Eksekutif dari Amna Care Fund ini. Oleh karena itu, para penyandang disabilitas menjadi semakin tidak mendapat bantuan yang dibutuhkan.

Tanpa mengecilkan penderitaan korban lainnya, Fatma menjelaskan situasi pelik yang dialami penyandang disabilitas di Gaza. Apalagi jumlah mereka terus bertambah setiap hari terutama dari korban anak-anak. “Bagaimana anak-anak ini akan menjalani kehidupan mereka tanpa lengan?,” ujarnya. Para penyandang disabilitas baru ini tidak hanya membutuhkan layanan medis, tetapi juga layanan pemulihan psikologis.

Tags:

Berita Terkait