Prof Ade Saptomo yang Peduli Kebersihan dan Keasrian Lingkungan Kampus UP
Terbaru

Prof Ade Saptomo yang Peduli Kebersihan dan Keasrian Lingkungan Kampus UP

Diharapkan para Dekan FH untuk tidak hanya terpaku pada tugas struktural. Tetapi juga membagi atensinya kepada masyarakat luas; komunitas kampus; tenaga pendidikan; karyawan; dan tanpa terkecuali bagi kebersihan lingkungan.

CR-28
Bacaan 3 Menit
Prof Ade Saptomo saat berbincang dengan petugas kebersihan di lingkungan kampus UP. Foto: Youtube
Prof Ade Saptomo saat berbincang dengan petugas kebersihan di lingkungan kampus UP. Foto: Youtube

Menempuh proses pembelajaran di Fakultas Hukum (FH), seorang mahasiswa hukum dituntut untuk menyambangi lingkungan kampus dari waktu ke waktu. Mulai dari pelaksanaan kegiatan perkuliahan hingga aktivitas organisasi kemahasiswaan kerap diselenggarakan di kampus. Tak kalah penting, kenyamanan mahasiswa dan sivitas akademika juga dipengaruhi pada kebersihan dan keasrian lingkungan kampus hukum

Ketua Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia (APPTHI) sekaligus Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Pancasila (UP), Prof Ade Saptomo dalam salah satu video di kanal youtube miliknya melakukan bincang santai dengan 3 tenaga kebersihan yang akrab disapa sebagai “teman taman”. Dalam videonya, dia menjelaskan akan besarnya kontribusi mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar kampus yang hasilnya amat dirasakan nyata oleh banyak orang.

“Mereka itu jam setengah enam sudah menyabuti rumput. Lingkungan sudah dibuat sedemikian asri oleh mereka. Bahkan sampai mengundang decak kagum tokoh-tokoh nasional kalau lewat taman FH UP. Suka berhenti dan melihat itu asri banget. Disitulah memang suatu sistem kepemimpinan yang ekologis patut dihidupkan,” ujar Prof Ade saat dihubungi Hukumonline, Selasa (11/1/2021).

Sebagai seorang assessor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT), dirinya mengaku telah melakukan penilaian atas lebih dari 120-an Fakultas Hukum se-Indonesia. Selama penelusurannya, disimpulkan bahwa setiap FH yang disambangi tanpa terkecuali pastinya memiliki lingkungan tersendiri, seperti dalam bentuk taman.

Selain jajaran staff dan tenaga pengajar yang menjadi “unsur kemanusiaan”, juga terdapat makhluk hidup yang dipimpin oleh seorang Dekan. Seperti lingkungan dalam bentuk taman yang menyelimuti gedung fisik FH dianggap sebagai salah satu unsur dan sistem yang terselenggara. Sehingga, sebagai seorang pemimpin, maka harus sama memberikan perhatian kepada dosen, karyawan, “teman taman”, dan lingkungan kampus.

Untuk itu, lewat videonya timbul harapan akan kemungkinan dapat memberi pencerahan atas bagian yang turut harus dipimpin dan dikelola dengan baik oleh para Dekan. "Jangan hanya sebatas Dekan, koma, tanda tangan, tanda tangan saja. Di balik itu ada kepemimpinan. Nah, sejauh mana kepemimpinan yang dilakukan pasti masing-masing Dekan berbeda.”

Terkait dengan filosofi kepemimpinan, dia memberi pesan akan pentingnya terus memelihara hubungan dengan setiap lapisan yang ada di FH. Hubungan yang dibangun tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Contohnya bagi para dosen, staff, penjaga kebersihan, dan lain-lain. Tanpa terkecuali, termasuk wilayah lingkungan kampus yang sepatutnya dipimpin baik.

Melalui lingkungan yang asri dan terjaga, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran mahasiswa hukum untuk turut menjaga kebersihan yang ada. Diawali dengan kebersihan lingkungan, dan diikuti pula dengan kebersihan hati untuk membangun karakter yang berbudi luhur.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, kebersihan tersebut ditanamkan pula kepada para tenaga pengajar (dosen) di FH untuk dengan tulus dan bersih memberikan ilmu kepada mahasiswanya. Ini ditujukan untuk dapat mencetak mahasiswa yang memiliki kepribadian baik. Untuk menjaga itu, Ade membeberkan salah satu aturan di FH-nya bahwa mahasiswa diwajibkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan membiasakan diri mengapresiasi dosen dengan salam dan ucapan terima kasih.

"Mudah-mudahan karena ini juga bertujuan untuk character building, tentu akan menjadi proses yang berkelanjutan. Karena ya bayangkan jika kampus amburadul, mahasiswa amburadul, akhirnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat,” ujar mantan Dekan FH UP ini. 

Selaku ketua umum APPTHI yang telah memiliki anggota sebanyak 157 Dekan di seluruh Indonesia dan 247 Program Studi, dia menjelaskan sudah banyak pihak yang berkunjung ke Fakultas-nya. Dimana FH yang dia pimpin kerap dijadikan benchmark atas tata kelola lingkungan fakultas dengan menjaga keasrian taman dan menempelkan berbagai quotes dari tokoh-tokoh hukum di dunia dalam berbagai sudut gedung.

Dalam pesannya, dia memohon bagi para Dekan FH se-Indonesia untuk tidak hanya terpaku pada tugas struktural, tetapi juga membagi atensinya kepada masyarakat luas, komunitas kampus, tenaga pendidikan, dan karyawan yang terus menunggu kepemimpinan Dekan. Meski terdapat model kepemimpinan yang berbeda-beda, hal terpenting tanggung jawab jabatan yang harus diemban.

Penting bagi seorang Dekan FH mencocokkan model kepemimpinan dengan pengalaman yang ada dalam rangka menjalankan tugas pemimpin yang produktif dan diterima kalangan yang dipimpin. Disamping produktif, kepemimpinan yang adaptif dan responsif dengan terus progresif ke depannya juga menjadi catatan untuk seorang Dekan.

“Ingat, yang dipimpin bukan hanya manusia, tapi masih ada lingkungan yang juga harus dipimpin. Seperti taman atau ekosistem yang ada pada umumnya dan lingkungan FH turut menjadi kewajiban kita untuk memimpin. Memimpinlah dengan hati yang sejuk. Jadi seorang Dekan bukan hanya karena SK, tapi sesuatu yang berada di luar diri kita juga harus dirawat dan diperhatikan juga," tutupnya.

Tags:

Berita Terkait