Margaretha Wahyu Prabawati: Advokat Perempuan Bisa Unggul di Industri Hukum
Hukumonline NeXGen Lawyers 2024

Margaretha Wahyu Prabawati: Advokat Perempuan Bisa Unggul di Industri Hukum

Kehadiran advokat perempuan adalah penyeimbang yang bisa memberikan beragam pandangan dan solusi. Dengan bekal mental yang tangguh, berbagai tantangan seperti kompetisi di industri hukum pasca-krisis maupun dinamika kebijakan dan penyelenggaraan negara tidak akan menjadi hambatan bagi para advokat perempuan untuk meraih kesuksesan.

Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit

Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat cepat, terutama di era pandemi dan pasca-pandemi harus bisa dimanfaatkan. Menurutnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi adalah modal utama yang harus dipersiapkan oleh seorang advokat agar kita bisa melakukan pekerjaan dengan efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan klien. 

Retha pernah terlibat aktif dalam membuat konten edukasi hukum bagi masyarakat secara online. Dia juga mendapat kesempatan untuk menangani perkara litigasi, pengurusan perizinan, dan perkara korporasi yang saat ini juga dituntut untuk serba digital seperti melalui e-court, OSS RBA, dan lain sebagainya. 

Saat ini, sudah empat tahun Retha dipercaya mendampingi dan terlibat langsung dalam program penyehatan keuangan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang asuransi dengan nilai transaksi sekitar Rp16,7 Triliun. Bersama tim DDP, Retha ditempatkan di kantor klien untuk siap sedia memberikan professional advice setiap saat dibutuhkan.

Menurut Tiara Fauziah M.Y., S.H., pimpinan tim DDP, dipercayainya Retha untuk turut menangani proyek tersebut menjadi bukti bahwa Retha memiliki kompetensi yang baik sebagai seorang lawyer muda, khususnya dalam hal komunikasi, ketangguhan dan kemampuan manajemen waktu.

Meskipun program yang dilaksanakan tersebut merupakan bagian dari instruksi pemerintah, Retha bersama rekan sesama timnya harus selalu sigap dalam menanggapi perubahan kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan pemerintah. 

Bersama timnya, Retha mendampingi proses aksi korporasi perusahaan, berdiskusi langsung dengan klien, menyusun pendapat hukum dengan berbagai permasalahan hukum, dan mendampingi klien untuk bertemu dengan para stakeholder. Tugas ini menjadi kesempatan bagi Retha untuk terus menggali potensi dan pengalaman baru. Tidak jarang dia juga harus terlibat dalam diskusi langsung dengan high level management

Perubahan kebijakan terutama di era disrupsi tentu akan berpengaruh dengan hal-hal yang saat ini kerjakannya. Retha percaya bahwa perempuan yang sering dianggap selalu mengedepankan perasaan, dapat menjadikan sifat tersebut sebagai keunggulan untuk bisa beradaptasi dari dinamika industri hukum yang terus bergejolak. 

Kehadiran advokat perempuan adalah penyeimbang yang bisa memberikan beragam pandangan dan solusi. “Buktinya, saya dan tim DDP yang saat ini mengerjakan kasus yang sama didominasi oleh advokat perempuan, dan kami selalu mendapatkan kepercayaan dari klien untuk mendampingi dan memberikan dukungan bagi mereka,” ujarnya.

Menurut Retha, para advokat perempuan di luar sana juga harus mempunyai mental yang tangguh seiring dengan keinginan untuk terus adaptif. Dengan bekal mental ini, berbagai tantangan seperti kompetisi di industri hukum pasca-krisis maupun dinamika kebijakan dan penyelenggaraan negara tidak akan menjadi hambatan bagi para advokat perempuan untuk meraih kesuksesan.

Tags:

Berita Terkait