Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman
Profil

Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman

Baginya, setiap kebijakan itu tidak bisa statis. Dia harus dinamis mengikuti perkembangan situasi.

Mvt
Bacaan 2 Menit

 

“Saya berusaha memimpin dengan hati, berusaha arif, bijaksana, dan perhatian ke semua anak-anak saya. Kalau saya lihat ada yang sedang gundah, apalagi belakangan ini, saya panggil. Saya tanya apa kesulitannya, dan saya berusaha besarkan hati mereka,” katanya.

 

Dalam memimpin pun, Catur berusaha menempatkan diri sesuai kondisi. “Satu saat saya bertindak sebagai kakak, bagi yang lain sebagai ibu. Tapi ada saat lain dimana saya juga harus tegas sebagai pimpinan yang harus ditaati,” tegasnya.

 

Catur juga menceritakan, ia sering kasihan dengan ‘anak-anaknya’ yang bertugas di pengadilan pajak. “Pekerjaan staf yang mewakili ke pengadilan pajak itu lumayan berat. Kadang saya suka miris melihat anak-anak saya itu (petugas banding). Saat saya mau pulang jam 7.30 malam, mereka baru kembali ke kantor sehabis sidang di pengadilan pajak. Ditambah pula harus membawa beberapa koper besar berisi dokumen. Ada rasa sedih juga,” katanya.

 

Untuk itu, Catur mencoba menerapkan sistem kerja baru melalui perbaikan mekanisme penugasan di petugas banding. Sebab, stafnya harus selalu ke Pengadilan Pajak, paling tidak selama empat hari dari Senin hingga Kamis. Setiap harinya bahkan hingga malam hari. Ia membuat giliran setiap minggunya. “Kita kombinasikan mana yang punya kelebihan dalam substansi, mana yang punya kelebihan dalam berbicara. Nanti dikelompokkan secara bergiliran. Paling tidak bisa dalam satu hari setiap minggu mereka tidak perlu bersidang,” katanya.

 

Bagi Catur, setiap kebijakan itu tidak bisa statis. Dia harus dinamis mengikuti perkembangan situasi. ”Contoh sederhananya ya itu tadi. Karena mitra kerja kita pengadilan pajak, kita lihat bagaimana mereka menyusun jadwal, itu yang kita sesuaikan,” imbuhnya.

 

Sifat keibuan juga ditunjukkan dengan upayanya mengenal satu persatu bawahannya. Tidak lama dilantik, ia minta biodata lengkap semua staf Direktorat Keberatan dan Banding. “Ada 135 orang di direktorat keberatan dan banding, saya punya semua biodatanya, mulai foto staf, nama, tanggal lahir, hingga jabatan mereka,” ujarnya sumringah.

 

Bahkan, di ruangannya ada satu pigura besar berisi mozaik gambar dirinya. Mozaik itu ternyata berisi ratusan foto ukuran kecil seluruh bawahannya. Kumpulan foto itu disusun sedemikian rupa hingga membentuk wajah Catur. “Itu salah satu bentuk kedekatan saya dengan anak-anak,” katanya.

Halaman Selanjutnya:
Tags: