Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman
Profil

Catur Rini Widosari: Memimpin di Tengah Badai Kecaman

Baginya, setiap kebijakan itu tidak bisa statis. Dia harus dinamis mengikuti perkembangan situasi.

Mvt
Bacaan 2 Menit

 

Walaupun belum hafal nama setiap bawahannya itu, paling tidak Catur bisa tahu siapa saja orang-orang yang ia pimpin. Hal ini juga berguna ketika ia akan memanggil bawahannya tersebut.

 

“Biasanya sebelum bertemu, saya cek dulu datanya. Jadi begitu masuk ruangan, saya sudah tahu nama staf yang akan saya temui. Jadi waktu bertemu, lebih akrab dan mereka merasa dihargai juga. Walaupun, kadang saya kaget juga soal foto. Itu kan foto dari bagian kepegawaian, saat mereka baru masuk. Ada yang sepuluh bahkan dua puluh tahun lalu. Saya bilang, fotonya masih imut-imut, eh ketemu orangnya kok amit-amit,” candanya sambil terkekeh.

 

Tetap Belajar

Sebagai pejabat baru, ia mengaku tak ragu belajar dari semua staf di direktoratnya. Apalagi, menurutnya, tugas di bagian baru ini cukup berbeda dengan tugasnya yang lalu. “Saya juga masih perlu banyak belajar di bidang ini. Belajar dari bawahan, dari sekretaris, dan yang lain. Belajar itu keharusan,” ujarnya berfilosofis.

 

Catur pun tidak segan menerima masukan dan kritik dari bawahan meski sudah hampir dua puluh tahun berkarir di Ditjen Pajak. “Saya juga memberi mereka kesempatan untuk beri masukan, apa yang harus dan dapat kita lakukan untuk memperbaiki Ditjen Pajak ini, terutama bagian kita sendiri. Untuk saya sendiri, saya juga manusia biasa, tidak lepas dari kesalahan. Karena itu, saya sangat terbuka terhadap kritik dan masukan,” katanya.

 

Meski demikian, pemegang gelar master perpajakan dari University of Southern California ini sebenarnya tidak terlalu asing dengan tugas penelaahan keberatan. “Saya pernah jadi penelaah keberatan, kepala seksi, kepala subdirektorat, baru direktur. Jadi tidak tiba-tiba saya jadi direktur keberatan dan banding ini. Dulu, saya juga pernah turun ke lapangan,” tandasnya.

 

Dukungan Keluarga

Sebagaimana wanita karir lain, kebutuhan untuk menyeimbangkan waktu kerja dan perhatian terhadap keluarga juga dihadapi Catur. Apalagi, jabatannya sebagai pejabat eselon II sangat menuntut tanggung jawab dan profesionalisme pekerjaan.

 

Meski demikian, Catur menegaskan tidak ada masalah antara pekerjaan dan keluarganya. “Dukungan keluarga besar saya sangat bagus. Intinya adalah menyeimbangkan pekerjaan kita di luar rumah dengan kebutuhan keluarga,” ujar perempuan kelahiran Palembang, 7 Mei 1961 ini.

Tags: