Cita-Cita Sang Pendiri yang Ingin Firma Hukum 'Hidup' Ratusan Tahun
Sejarah Kantor Advokat Indonesia:

Cita-Cita Sang Pendiri yang Ingin Firma Hukum 'Hidup' Ratusan Tahun

Institusi law firm akan tetap "hidup" meski founding partner-nya pensiun atau meninggal dunia.

Novrieza Rahmi/Fitri Novia Heriani
Bacaan 2 Menit

 

Menjaga Mutu dan Integritas

Setiap firma hukum memiliki cara sendiri untuk menjaga mutu dan sumber daya manusianya. Seperti dikatakan Todung, manusia adalah salah satu aset bagi sebuah firma hukum. Oleh karena itu, ia menganggap semua "awak" yang bekerja di LSM, baik partners, associates, paralegal, dan staf sebagai satu keluarga besar.  

 

"Jadi, kita sedapat mungkin memang tetap melanjutkan silaturahmi. Kemudian, kita lebih manusiawi. Kita juga tidak terlalu ngoyo dalam bekerja. Kerja keras harus, tapi jangan ngoyo sampai sakit-sakitan. Kita juga jaga itu, karena lawyer itu mesti sehat, staf juga mesti sehat. Jangan ngoyo memaksakan pekerjaan sampai fisiknya tidak mendukung," katanya.

 

Todung mengaku LSM termasuk salah satu kantor hukum yang paling sering menyelenggarakan kegiatan outing. Sekali dalam dua tahun, LSM melakukan outing bersama semua lawyer dan staf. Bahkan, dengan para lawyer, outing bisa sampai ke luar negeri, seperti Thailand, Jepang, Hongkong, dan Korea. "Jadi, ada semacam perasaan kebersamaan," imbuhnya.

 

Selain menjaga kualitas sumber daya manusianya, LSM juga terus berupaya mempertahankan reputasi dan intergritasnya. Todung melanjutkan, LSM adalah firma hukum bersih. LSM selalu mengikuti aturan, anti hanky panky, dan tidak mau terjebak dengan permainan "kotor", baik itu di lembaga penegak hukum, seperti pengadilan dan kepolisian ataupun lembaga-lembaga pemerintah.

 

Nah, sambung Todung, integritas LSM inilah yang 'dibeli' oleh klien-kliennya yang sebagian besar perusahaan-perusahaan asing. Sebab, ada saja lawyer yang menawarkan jasanya, "Ok, you bayar sekian, pokoknya menang". Sementara, LSM bukan firma hukum semacam itu. Ia menegaskan, LSM tidak pernah menjanjikan hal demikian kepada klien.

 

"Kita mau menerima bayaran yang wajar sesuai dengan pekerjaan yang kita berikan, tapi kita juga harus mengatakan pada klien bahwa kita ini hanya bisa kerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Kita tidak mau ya terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan 'kotor'. Itu yang membuat klien itu tetap datang, tetap merasa comfortable (nyaman) dilayani oleh kita," ujarnya.

 

Senada, LGS juga sangat menjaga integritas firma hukumnya. Selain sudah menjadi komitmen LGS, Kiki Ganie menerangkan integritas juga menjadi "daya tarik", terutama bagi klien asing dengan tingkat kepatuhan atau level compliance yang tinggi. Dan, memang, sejak dulu pangsa pasar LGS adalah klien asing dengan level compliance yang tinggi.

 

Selanjutnya, untuk sistem manajemen mutu, LGS memilih mengikuti standar yang berlaku universal, seperti ISO 9001:2008 (kemudian direvisi menjadi ISO 9001:2015). Sudah hampir 15 tahun, LGS sudah mengantongi ISO tersebut. Sementara, secara struktural, LGS menerapkan manajemen mutu dengan model straight line of command dan bukan top down.

 

Dengan model manajemen mutu seperti itu, pemilik tugas di setiap level atau strata dapat menentukan sendiri ruang lingkup tugasnya sendiri. Sebut saja, seorang office boy (OB) yang bertugas membersihkan sebuah kamar. OB itu boleh menentukan sendiri standarnya. Misalnya, setiap pagi hari dalam waktu 20 menit, kamar harus bersih.

 

"Dia boleh nentuin, tapi dia juga yang mesti memenuhi standar dia sendiri. Lalu, kalau (memenuhi) ISO, berarti mula-mula kita punya standar (yang) dibikin sendiri. Nah, standar itu harus di-improve (diperbaiki) lama-lama. Misal, bisa nggak dalam 15 menit, tapi sama bersihnya. Kalau diambil (contoh) kecilnya seperti itu," tutur Kiki Ganie.

 

Di lain pihak, HHP juga memiliki cara manajemen sendiri. Managing Partner HHP Timur Sukirno menjelaskan, HHP memiliki managing partner yang tugasnya melihat atau mengelola firma hukum dari hari ke hari. Selain melakukan tugas manajemen, si managing partner harus melihat peluang-peluang bisnis yang ada di luar dan memformulasikan dalam bentuk strategi.

 

Tentu, kata Timur, semua akan dibicarakan kepada partner-partner lain. Seperti, apa yang sedang menjadi tren atau mega tren di luar. Tak hanya itu, managing partner juga akan membicarakan tentang bagaimana cara untuk meningkatkan produktivitas atau cara untuk melakukan business development yang efektif.

 

"Itu kita coba bersama dengan partners yang lain. Kita lihat, 'oh ini bagaimana kita mengimplementasikannya'. Manajemen adalah kerjaan yang mengimplementasikan ke hal-hal tersebut," ucapnya.

 

Lantas, bagaimana cara HHP untuk menjaga mutu dan sumber daya manusianya? Timur mengungkapkan, HHP terkenal dengan konsep professional development. Menurutnya, sudah banyak orang datang ke HHP dan merasakan sendiri bagaimana konsep professional development yang diterapkan HPP.

 

Timur melanjutkan, HHP juga memiliki "on the job training". Konsep ini tidak kalah penting karena para lawyer HHP harus mengetahui secara utuh masing-masing bidang yang mereka geluti. Misalnya, bagaimana cara membentuk perusahaan, berkontrak, bagaimana kalau nanti ada perselisihan, dan bagaimana kontrak diaplikasikan ke peraturan-peraturan. Dengan melakukan "latihan" praktik berkali-kali, lama-kelamaan mereka menjadi expert (ahli).

 

"Mungkin yang lain akan mengakui atau tidak, tapi kita lebih terkenal dengan spesialisasi. Klien-klien kita juga demikian. Karena our quality of lawyer, mau dia (baru) empat tahun, bisa kita sandingkan dengan partner, junior partner atau apa di law firm lain. Lawyer-lawyer kita itu sudah tahu. Selama empat tahun dia mengerjakan itu dan dia spesifik terhadap itu," terangnya.

 

Di samping itu, Timur menyatakan, HHP cukup ketat dengan "review"-nya. Partners HHP akan me-review semua pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan lawyer asing. Sebab, para partners-lah yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut. "Itu yang kita lakukan untuk menjaga mutu atau quality. Dan, semua advice dari kita tuh selalu ada Indonesian lawyer-nya, bukan asing saja," imbuhnya.

 

Kiat Sukses

Dengan sistem manajemen dan kualitas sumber daya manusianya, tak heran jika HHP menjadi salah satu firma hukum yang kerap mendapat penghargaan. Pada 2017, HHP baru saja menerima penghargaan "Indonesia Domestic Law Firm of the Year 2017" dari Chambers Asia Pacific Awards. Pada 2016, HHP menerima penghargaan "Firm of the Year, Indonesia 2016" dari The Asian Lawyer Emerging Market Awards.

 

Kemudian, pada 2014 sampai dengan 2016, HHP menerima penghargaan "Best Firm in Indonesia" dari Euromoney Women Law Awards. Dalam rentang tahun yang sama, HHP menerima penghargaan "Indonesia Law Firm of the Year" dari Asian Legal Business (ALB) Indonesia Law Awards dan "Indonesia Deal Firm of the Year 2016" dari ALB Indonesia Law Awards.

 

Hukumonline.com

Foto Dokumentasi HHP: Partner Pendiri HHP Sri Indrastuti Hadiputranto saat menerima penghargaan.

 

Selain raihan prestasi, HHP sebagai institusi juga sudah banyak "menelurkan" lawyer-lawyer sukses. Timur menyebutkan, banyak sekali lawyer "lulusan" HHP yang juga sukses mendirikan kantor hukum sendiri atau menjadi in-house counsel di perusahaan-perusahaan besar. Sebut saja, Melli Darsa, Ignatius Andy, Tony Budidjaja, dan Nadia Nasoetion.

 

Kepada hukumoline, Timur membagikan kiat sukses HHP. Ia mengungkapkan, sukses HHP adalah "fokus". "Fokus terhadap tujuan, fokus terhadap visi dan misi, fokus terhadap klien, fokus terhadap area dimana mau bergerak, dan harus komitmen terhadap itu semuanya," katanya. Baca Juga: Sejarah Tiga Firma Hukukm Era 1980-an dan ‘Torehan’ Bang Buyung

 

Kiki Ganie juga membagikan kiat sukses agar sebuah kantor hukum tetap eksis seperti LGS yang kini sudah berumur 30 tahun. Menurutnya, LGS dapat bertahan lama karena "keakuran" para pendirinya. Sebab, banyak kantor hukum "runtuh" bukan karena mismanajemen atau tidak laku sebagai lawyer, tetapi karena para partner-nya bertengkar. Kiat sukses LGS lain adalah harus beradaptasi dengan perkembangan yang ada.

 

"(LGS bisa tetap eksis) juga bisa karena core competent (kompeten di bidangnya) kita. Kalau dibilang Bakmi Gajah Mada terkenal karena mie-nya, kalau kita (karena) core competent. Bagi kita yang ada di pusat, fokus kita bukan kita. Nomor satu, klien, dan core competent kita adalah melayani klien, baik untuk kebutuhan hukum yang ada sekarang maupun yang akan ada. Pada saat dia perlu, kita sudah harus siap," ujarnya.

 

Adapun "lulusan-lulusan" LGS yang sukses mendirikan kantor hukum sendiri terbilang cukup banyak, bahkan mungkin paling banyak diantara kantor hukum era 1980-an lain. Kiki Ganie menyebutkan beberapa diantaranya, seperti Ahmad Fikri Assegaf, Chandra M Hamzah, Boy Rahmat, para pendiri Hanafiah, Ponggawa & Partners, Yozua Makes, dan Didi Dermawan.

 

Todung pun memiliki kiat sukses yang membuat LSM bisa tetap eksis sampai saat ini. Pertama, LSM selalu memberikan yang terbaik atau the best services kepada klien-kliennya. Kedua, LSM selalu bekerja keras untuk klien-kliennya, tetapi dengan tetap menjaga integritas.

 

"Jadi, kita work hard, professional, tapi juga memelihara integritas, karena profesi ini kan profesi yang mulia (officium nobile) kata orang. Ya kita harus menjaga wibawa, harkat kita sebagai profesional," katanya.

Tags:

Berita Terkait