Dari Sabang Hingga Merauke, Para Teladan Saksikan Langsung Sidang Tahunan MPR
Pojok MPR-RI

Dari Sabang Hingga Merauke, Para Teladan Saksikan Langsung Sidang Tahunan MPR

Senang dan bangga menghiasi para teladan.

RED
Bacaan 2 Menit

 

Dalam menyikapi sidang tahunan, dirinya berharap agar ke depan pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan. Disebut guru adalah roh pendidikan. Sama seperti apa yang diharapkan oleh Henoch, dirinya menginginkan agar guru pendidikan khusus di daerah dingkat menjadi pegawai negeri. Alasannya, selain banyak yang sudah pensiun, juga dirasa kekurangan guru. “Saya pun merangkap mengajar di kelas lainnya,” ungkapnya.

 

Para teladan dari kawasan Indonesia bagian barat pun juga mengungkapkan perasaan yang sama dengan teladan dari kawasan Indonesia bagian timur. Muhibuddin, Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), Langgang Jaya Pratama, Lambor Bileu, Aceh Besar, Aceh, mengatakan selepas menyaksikan sidang tahunan secara langsung, ia akan kembali ke kampung halamannya dengan semangat baru. “Semangat dalam membina masyarakat demi kemajuan bangsa di sektor pertanian,” ujarnya.

 

Dirinya berharap selepas pidato kenegaraan, dunia pertanian ke depannya lebih bagus dengan penerapan teknologi yang dikuasai. Dipaparkan, problem yang dialami petani di daerahnya adalah masih minim sarana dan prasarana pelatihan pertanian. “Anggaran pertanian masih kurang,” ucapnya. Padahal potensi di daerahnya seperti padi, sapi pedaging, dan kopi aceh sangat melimpah.

 

Kelompok tani yang dipimpinnya disebut mampu memproduksi pupuk dengan kapasitas yang dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2007 mampu memproduksi pupuk per bulannya mencapai 2 ton. Tahun 2018 meningkat menjadi 150 ton. “Di tahun 2019, kita ingin produksinya mencapai 500 ton,” harapnya. Agar produksi maksimal dan bisa diserap lebih massif, ia mengharap agar pemerintah memberi kemudahan ijin produksi.

 

Harapan cerahnya dunia pertanian di masa yang akan datang juga dikatakan oleh Bayu Murti. Petani dari Purbolinggo, Lampung Timur, Lampung, itu menginginkan agar penggunaan teknologi dalam dunia pertanian dipacu. Tujuannya agar terjadi keseimbangan antara birokrasi dan teknokrasi. “Agar berdampingan sehingga petani kuat,” tutur pria kelahiran tahun 1965 itu.

 

Masalah yang dihadapi petani di kampung halamannya adalah kurang terampilnya sumber daya manusia. “Sehingga mereka belum tahu bagaimana menyuburkan tanah”,f ungkapnya. Tak hanya itu, sekarang anak muda juga enggan menjadi petani. “Mereka mau menjadi petani tapi yang tidak berpanas-panasan,” ucapnya dengan tertawa. Potensi pertanian yang tumbuh di sana adalah padi, jagung, dan kedelai. Hasil panen yang ada selama ini diakui fluktuatif. “Kadang bagus, kadang enggak,” ujarnya.

 

Ketika ditanya soal kehadiran dirinya di komplek parlemen, ia mengakui sangat istimewa. “Sebagai kelompok teladan membuat kami bisa hadir di sini”, katanya. “Jadi senang dan bangga,” tambahnya. 

Tags:

Berita Terkait