Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI
Berita

Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI

"Sebenarnya hidup bukan soal mencari uang. Apa yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Kalau kamu memimpikan sesuatu, buatlah menjadi kenyataan".

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Konflik batin saat harus memilih antara karier corporate lawyer di HHP Law Firm atau melanjutkan karier dosen sempat dialaminya. Prof. Sidik menegaskan bahwa Melda tak bisa mendua. Bakti Melda pada orangtua membuatnya kembali pada wejangan ayahnya yang lebih mendorongnya menjadi ilmuwan hukum.

 

“Tapi akhirnya Papa saya bilang, well actually the life not for making money, what you like to do in this world? Ayah saya selalu bilang, if you dream about things, you make it real,” tutur Melda.

 

Berikut adalah petikan wawancara hukumonline pada nahkoda baru FH UI periode 2017-2021, Sang Guru Besar Hukum Internasional Publik, Prof.Melda Kamil Ariadno, S.H., LL.M., Ph.D.

 

Apa yang mendorong anda mencalonkan diri sebagai Dekan?

Memutuskan untuk maju itu memang tidak mudah. Dengan posisi nyaman yang sudah saya miliki di tingkat universitas sebagai Kepala Kantor Internasional, seperti kementerian luar negerinya UI, banyak membuka mata saya dalam bekerjasama dengan universitas di luar negeri. Lalu kenapa harus kembali Fakultas sebagai Dekan dengan tugas berat?

 

Justru ketika di International Office itulah saya melihat banyak peluang fakultas hukum untuk bekerjasama dengan luar negeri agar lebih maju lagi. Fakultas Hukum sudah berkembang sangat pesat, tapi masih tertinggal dalam hal internasionalisasi dibandingkan dengan FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis), FT (Fakultas Teknik), FK (Fakultas Kedokteran). Apalagi kalau FEB dan FT itu ‘adiknya’ FH sebagai yang tertua nomor dua berdiri 1924 setelah FK di Universitas Indonesia. 

 

(Baca Juga: Prof Melda Kamil Ariadno: Menuju Kejayaan Indonesia Menjadi Negara Poros Maritim Dunia)

 

Dari segi pendidikan sarjana ketiga fakultas itu itu sudah punya kerjasama dual degree dengan banyak universitas ternama di dunia. Prancis, Jerman, Belanda, Australia misalnya. Dan alumninya secara terstruktur berkembang dengan baik melalui program fakultas. Belum lagi jumlah guru besar. FT dan FH UI punya jumlah dosen yang tidak jauh berbeda, tapi mereka memiliki lebih dari 50 Guru Besar. Sementara FH UI baru 16 saja sepanjang empat tahun belakangan. Banyak yang harus kita kerjakan untuk target internasionalisasi ini. Itu yang mendorong saya maju dalam pencalonan dekan lalu. Obsesi saya menjadikan FH UI ternama di dunia, di mulai dari kawasan Asia Tenggara.

 

Mengapa memilih visi “Menuju Jajaran Fakultas Hukum Ternama Di Kawasan Asia Tenggara” dalam kepemimpinan anda?

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait