Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI
Berita

Melda Kamil Ariadno: Dari Mahasiswa Berprestasi, Lawyer, Hingga Menjabat Dekan FH UI

"Sebenarnya hidup bukan soal mencari uang. Apa yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Kalau kamu memimpikan sesuatu, buatlah menjadi kenyataan".

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Infiltrasi Barat dalam globaliasi sudah tidak bisa dibendung, apa yang layak untuk dibaca dan dilihat generasi muda bangsa ini tidak lagi tersaring. Jadi harus diperkuat dari dalam. Ini yang ingin saya lakukan terutama kepada mahasiswa baru, untuk building the value. Membangun nilai-nilai luhur yang cocok dengan fakultas hukum.

 

(Baca Juga: Cerita Topo Santoso Awal Menjabat Dekan FHUI dan Tantangan ke Depan)

 

Ada “cap” bahwa mahasiswa FH UI maunya bekerja di law firm, serving the private, padahal sektor publik apalagi peradilan itu kan membutuhkan. Bagaimana kita bisa berharap ketertiban hukum kalau hanya bagus dalam penyusunan tapi tidak dalam penegakkannya? Maka perlu penguatan soft skill mahasiswa hukum dalam hal kepekaan soal upaya penegakan hukum. Soal moralitas yang mereka harus bangun. Bukan sekadar etika profesi. Memang seharusnya dibentuk sejak usia dini sebelum sampai ke perguruan tinggi. Tapi nggak apa-apa kita bangunkan kembali kesadaran mereka sejak masuk kuliah dengan berbagai program leadership building. Dalam perkuliahan pun disisipkan penanaman nilai-nilai itu.

 

Dalam hard skill, kurikulum akademik harus adaptif dengan perkembangan nasional dan regional. Mahasiswa dipersiapkan untuk bisa kompetitif menjawab tantangan global. Misalnya kelak lawyer asing pun bisa buka kantor di Indonesia tanpa harus masuk menjadi lawyer di law firm lokal. Itu challenge yang mereka hadapi.

 

Mahasiswa kita persiapkan skill untuk bisa kompetitif, punya kepercayaan diri bahwa kita memahami tidak hanya hukum nasional kita tapi juga hukum yang berlaku di negara lain. Nah itu harus dilatih dari dosennya terlebih dulu. Namun bukan semata-mata dengan dikuliahkan S-2 atau S-3, skill bukan hanya dari pendidikan akademik perguruan tinggi.

 

Maka saya merencanakan program secondment. Itu cara melatih skill dosen dengan magang di bidang praktik dari ilmunya. Misalnya dosen arbitrase, ya dia harus diberi kesempatan magang di arbitrase agar tahu bagaimana arbitrase secara praktik. We give them something to learn from the practical aspect in community.

 

Jadi untuk mahasiswa, itu dua tadi usulan program saya. Softskill itu membuat lulusan FH UI bukan hanya pintar tapi juga berkarakter. Berkarakter pun bukan karakter Amerika, karakter Australia, tetapi karakter Indonesia dengan nilai-nilai moral yang kita junjung tinggi. Dan kedua agar mereka skillful dan berpengalaman.

 

Bagaimana langkah pelaksanaan untuk program-program tersebut?

We need to have all collaboration with any institution, public or private, di dalam dan luar negeri. Saat saya Manajer Ventura di FH UI dulu, saya pernah kirim mahasiswa ke SIAC (Singapore International Arbitration Centre). Secara tersistem fakultas harus menyediakan peluang dan memberikan mahasiswa kesempatan. Nah ke depannya kami akan buat lagi magang terstruktur, dengan kolaborasi berbagai institusi, mahasiswa tinggal pilih mau yang mana. Di dalam atau di luar negeri. Bukan mereka cari-cari sendiri tempat magangnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait