'Membumikan'  Empat Pilar Melalui Kearifan Lokal  di Tanah Labuhanbatu Selatan
Pojok MPR-RI

'Membumikan'  Empat Pilar Melalui Kearifan Lokal  di Tanah Labuhanbatu Selatan

Wayang, seni budaya yang digemari masyarakat setempat,  menjadi media dalam   mensosialisasikan  Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tinggal Ika.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Masyarakat keturunan Jawa bergabung dalam Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera) yang bermukim di Kotapinang dan sekitarnya sangat antusias berdatangan. Mereka beramai-ramai mendatangi lapangan Desa Aek Batu yang berada di Jalan Lintas Sumut – Riau di kota yang menjadi pusat pemerintahan kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) dalam rangka untuk menyaksikan sebuah pertunjukan wayang.

 

Di kota yang terletak 345 km dari Medan, tercatat dalam sejarah pernah menjadi ibu kota pada masa Kesultanan Pinang Awan. Karena itulah MPR menggelar sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) melalui pagelaran seni budaya wayang yang memang sangat digemari oleh masyarakat suku Jawa. Yaitu pertunjukan wayang kulit dengan lakon “Wahyu Satrio Piningit” yang disampaikan oleh dalang Ki Giman Guno Prenggo Stoto dari Kisaran,  di lapangan Pinang Awan Desa Aek Batu, Kecamatan Torgamba, Kotapinang, Sabtu (24/11) malam.

 

Mewakili pimpinan MPR, Rambe Kamarul Zaman  mengatakan pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan MPR di seluruh tanah air. Yakni melalui seni budaya yang mengandung kearifan lokal. Rambe  berharap agar para generasi bangsa untuk dapat bergotong royong melestarikan seni budaya yang dimiliki untuk memperkuat Empat Pilar MPR. Sebab  Hal tersebut  merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ujungnya, Pancasila  menjadi landasan bangsa Indonesia  untuk menjadikan perbedaan menjadi modal besar kita untuk menjaga Persatuan. 

 

Rambe yang juga anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar itu berpendapat, meskipun letaknya yang jauh dengan menempuh perjalan darat sekitar 8 jam dari ibu kota provinsi, tidak menyurutkannya melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR. Rambe mengaku  senang, karena masyarakat antusias melihat pertunjukan wayang kulit sambil mendengar pesan-pesan Empat Pilar. 

 

“Ini menandakan masyarakat di sini menyukai wayang kulit”, ujar Rambe.

 

Usai sambutan, Rambe  menyerahkan tokoh wayang itu kepada sang dalang Ki Giman Guno Prenggo Stoto dari Kisaran. Menurutnya penyerahan tokoh wayang ini sebagai tanda pagelaran dimulai.

 

Perwakilan dari Sekretariat Jenderal MPR yang juga  Panitia Pelaksana Pegelaran Wayang Kulit  Andrianto mengatakan bahwa acara yang diselenggarakan tersebut  dalam rangka Reaktualisasi dan Internalisasi pemahaman terhadap Empat Pilar MPR  kepada masyarakat.


Pemahaman akan esensi Empat Pilar akan menjadi pondasi kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. MPR sudah melaksanakan berbagai metode. Antara lain, diskusi, seminar dihampir seluruh daerah dan metode sosialisasi, melalui pentas seni budaya daerah. Hal tersebut adalah satu bentuk apresiasi MPR dalam upaya melestarikan warisan budaya tradisional.  Khususnya seni budaya Wayang Kulit yang telah menjadi kekayaan intelektual bangsa Indonesia.

Tags: