Sri Mamudji: Jadi Pustakawan Hukum itu Menyenangkan
Profil

Sri Mamudji: Jadi Pustakawan Hukum itu Menyenangkan

Menjadi pustakawan hukum adalah pekerjaan yang menyenangkan. Begitulah pernyataan bernada optimisme dari Sri Mamudji. Seorang pustakawan bisa mengetahui lebih dahulu informasi dan perkembangan ilmu hukum. Sebab, untuk menentukan klasifikasi, seorang pustakawan harus membaca buku tersebut meskiun tak seluruh isinya.

CR-9
Bacaan 2 Menit

 

Kalau sekarang Alhamdulillah banyak bantuan, sumbangan buku. Tapi dana dari pemerintah itu sangat sedikit. Terutama yang terasa itu untuk pengadaan majalah atau jurnal. Kalau majalah atau jurnal itu kan harus berkesinambungan. Sementara selama ini dananya hanya proyek selama waktu tertentu, misalnya setahun. Setelah lewat waktu, dana habis, ya pengadaan majalah atau jurnalnya juga berhenti. Kalau buku kan sekali beli bisa dipakai beberapa tahun. Sementara majalah tidak bisa. Harus update terus. Ini pengalaman saya waktu jadi kepala perpustakaan pusat ui. Ada dana proyek pengadaan jurnal. Tap begitu dananya habis, berhenti pengadaan jurnalnya.

 

 

 

Masalah lain?

Koleksi perpustakaan juga kurang lengkap. Tidak sedikit orang yang koleksi pribadinya justru lebih lengkap dari koleksi perpustakaan. Jadinya kan malas ke perpustakaan. Misalnya mahasiswa, bapaknya lawyer. Koleksi buku bapaknya lebih lengkap dari pada di sini.

 

Pengadaan buku juga sulit karena harus mengikut aturan pengadaan barang dan jasa Pemerintah (Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah). Padahal, seringkali bukunya sudah ada, tapi dananya masih lama keluar karena harus persetujuan dari beberapa tingkat jabatan. Soalnya ini kan uang negara.

 

 

 

Menurut Anda, bagaimana prospek pustakawan hukum?

Memang anggapan orang, ini pekerjaan kering. Kayaknya cuma ngasih pelayanan saja kerjanya. Saya pun dulu dianggap begitu. Baru lulus kan saya sudah kerja di perpustakaan FH UI. Banyak teman yang menanyakan, nggak salah kamu di sini? Termasuk ada juga dosen yang bertanya begitu. Padahal sebenarnya kalau sudah di dalam, sangat menyenangkan.

 

Apalagi ada banyak kegiatan yang bisa membuat saya traveling ke beberapa negara. Selain itu, ada juga banyak kelebihan sebagai pustakawan saya merasa lebih banyak tahu dibanding orang lain. Soalnya kan setiap ada buku baru,kita harus baca untuk menentukan klasifikasinya. Paling tidak garis besarnya tahu. Masalahnya memang tidak ada keinginan membuat perpustakaan di universitas itu maju. Orang selalu bilang perpustakaan itu jantungnya pendidikan tinggi, tapi hanya sebatas lip service saja.

 

 

 

Apa tidak bisa jadi sandaran hidup?

Sebenarnya tidak juga. Sebetulnya saya sudah berkecukupan, apalagi saat jadi Kepala Perpustakaan UI, bisa keliling indonesia dengan dibiayai Depdiknas. Mungkin karena pandangan orang terhadap perpustakaan itu. Selama ini dianggap perpustakaan itu kan cuma gudang buku, bukan sumber ilmu.

 

Meski demikian, memang untuk pustakawan hukum pegawai pemerintah agak susah. Terutama masalah kenaikan pangkat. Di sini susah karena syarat birokrasinya berat. Pustawakan hukum di lembaga pemerintahan sejauh ini belum bisa jadi sandaran hidup sepenuhnya. Beda dengan di swasta, seperti kantor pengacara. Paling tidak dana mereka cukup, selain untuk melengkapi koleksi buku juga menggaji pustakawannya.

Halaman Selanjutnya:
Tags: