Apa Kabar Great Garuda alias Giant Sea Wall Jakarta?
Kolom

Apa Kabar Great Garuda alias Giant Sea Wall Jakarta?

Tujuan asli proyek ini harusnya melindungi pesisir dari dampak pemanasan global.

Bacaan 5 Menit

Industri perikanan tangkap tradisional nyatanya masih merupakan pilihan pekerjaan terakhir (last resort of employment) bagi banyak rakyat miskin. Situasi ini membuat populasi nelayan tradisional di seluruh Indonesia menjadi termiskin dari yang miskin (the poorest of the poor), terlebih di Jakarta yang kesenjangan sosialnya menganga.

Ekspansi urban yang tak kenal puas—diperparah ketidakberdayaan nelayan dan penduduk miskin pesisir pada umumnya akibat kemiskinan struktural dan sistemik—meninggalkan timbunan masalah keadilan sosial. Semua bagaikan bom waktu yang tinggal menunggu meledak.

Sepanjang dekade 2000-an, wacana membangun kawasan perkotaan baru di pesisir atau lepas pantai yang sempat dikenal sebagai Jakarta Waterfront City tiba-tiba mendapat dalih baru. Banjir dari hilir dan rob dari laut dijadikan alasan jitu untuknya. Pada saat itu orang masih boleh berdebat apakah bencana alam ini harus segera dicegah serta bagaimana cara paling efektif dan efisien. Kini, 20 tahun kemudian, efek perubahan iklim ini sudah permanen.

Masalahnya bukan lagi memilih untuk mitigasi atau adaptasi. Satu-satunya langkah tersisa adalah adaptasi. Caranya dengan relokasi penduduk, membuat tanggul laut, atau sekaligus membuat daratan baru di atasnya. Namun, apa pun strategi yang dipilih, harus benar-benar jujur dengan asumsi dasarnya. Tujuan utamanya harus adaptasi terhadap perubahan iklim, sehingga pertimbangan-pertimbangan ekologis dan hidroklimatologis harus menjadi yang utama.

Nafsu untuk memburu cuan harus diletakkan pada urutan buncit lebih dulu. Jangan sampai pertimbangan pertumbuhan ekonomi menjadi pendorong utama, bahkan mengabaikan parameter dan kriteria lingkungan yang menentukan hidup mati semua.

Jika ini sudah beres, jangan lupa pada bom kesenjangan sosial yang sudah empot-empotan siap meledak. Pun pilihannya adalah membangun kawasan baru, harus dipertimbangkan baik-baik bagaimana mengintegrasikan rakyat miskin di pesisir ke dalam kawasan itu. Pilihannya bisa mengakomodasi industri perikanan tangkap tradisional agar ikut berkembang bersama kawasan baru. Tidak sekadar secara spasial, integrasi pun harus diupayakan mulus baik secara politik-ekonomi maupun sosial-budaya.

Apabila tidak memungkinkan, pilihan lain adalah menyerap penduduk miskin di pesisir ke dalam perekonomian urban kawasan baru. Strategi ini mengharuskan berbagai pelatihan keterampilan dan pendidikan yang harus diselenggarakan secara bermartabat.

Tags:

Berita Terkait