101 Tantangan Peradilan di Mata President Hoge Raad Belanda
After Office

101 Tantangan Peradilan di Mata President Hoge Raad Belanda

Mewujudkan peradilan yang baik harus dimulai dari membangun Mahkamah Agung yang baik. Terutama dalam kualitas putusan yang konsisten.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Penting bagi pengadilan untuk bersikap konsisten secara menyeluruh sebagai satu institusi. Berdasarkan alasan itu, menjadi sangat penting agar perkara-perkara jangan diputus oleh majelis hakim yang tidak saling terhubung untuk suatu bidang perkara sejenis. Para hakim butuh saling mengetahui cara berpikir satu sama lain dan bagaimana hasil putusan untuk perkara sejenis. Jauh lebih penting lagi agar berbagai perkara didiskusikan oleh para hakim di tiap kamar untuk menghasilkan pijakan bersama dalam memutusnya.

 

Perkara-perkara yang paling penting didiskusikan setiap minggu pada forum bersama tiap kamar Mahkamah Agung Belanda. Tentu saja ada banyak pertanyaan kontroversial dalam diskusi kami. Ada sangat banyak perbedaan pendapat di antara kami. Hanya saja, kami mencoba menemukan dasar argumentasi bersama dan solusi yang kira-kira bisa diterima oleh seluruh anggota kamar dengan cara mendiskusikannya.

 

Saat para hakim berhasil yakin pada satu pandangan bersama dalam kamar, akan menjadi lebih mudah untuk selalu menjadikannya rujukan. Ini cara kami mencegah sikap tidak konsisten dalam memilih pandangan hukum untuk memutus perkara. Kami tidak ingin misalnya di bulan depan atau tahun depan akan ada hakim yang mempertimbangkan pandangan lain. Ada banyak pilihan metode, tapi ini salah satu yang efektif.

 

Hukumonline.com

 

Termasuk untuk membangun konsistensi dengan putusan pengadilan yang lebih rendah?

Apabila Mahkamah Agung tidak konsisten, jangan pernah berharap pengadilan di bawahnya bisa konsisten karena mereka tidak tahu apa yang harus diikuti. Sebaliknya, konsistensi putusan Mahkamah Agung akan membuatnya menjadi penting untuk diikuti pengadilan di bawahnya.

 

Baik pengadilan di Indonesia maupun Belanda memang tidak mempunyai kewajiban mengikuti preseden seperti sistem hukum di negara-negara Anglo Saxon/Common Law. Hanya saja, pada praktik di Belanda agak mirip dengan di sistem Anglo Saxon. Pengadilan yang lebih rendah merasa bisa berpegang pada konsistensi penafsiran hukum di Mahkamah Agung. Sehingga jika mereka tidak mengikuti putusan untuk perkara serupa yang sudah ada, para pihak tentu akan mengajukan upaya hukum ke Mahkamah Agung. Tentu saja Mahkamah Agung pun bisa diperkirakan akan membatalkan putusan pengadilan di bawahnya itu. Oleh karena itu tidak ada gunanya bagi pengadilan yang lebih rendah untuk membuat putusan berbeda.

 

Berarti Mahkamah Agung berperan penting untuk membangun konsistensi?

Ya, tetapi ini hanya dalam hal pertimbangan-pertimbangan hukum pada perkara, jadi pada bagian yang lebih abstrak dari suatu putusan.

 

Bagaimana peran pengadilan dalam melindungi hak masyarakat?

Apa yang menjadi tugas pengadilan dalam melindungi hak masyarakat? Tentu agar setiap orang yang haknya dilanggar oleh tetangganya, oleh perusahaan, oleh pemerintah, dapat mengajukan perkara mereka untuk mendapatkan putusan pengadilan. Hal itu untuk memastikan putusan yang tepat berdasarkan hukum. Putusan yang tepat dalam beberapa perkara mungkin kontroversial. Kita bisa mendiskusikan tentang penafsiran hukum yang tepat. Namun pada akhirnya, pengadilan tetap akan membuat putusan.

Tags:

Berita Terkait