Janji di Antara Kontroversi Para Capim KPK
Berita

Janji di Antara Kontroversi Para Capim KPK

Pansel mengklarifikasi beragam kontroversi yang ada di masyarakat mulai dari tidak tegas, teror, rekening gendut, hingga kode etik.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit

 

“Tapi saya akui Kasatgas (di KPK) sangat bebas, saya setuju independensi tapi tidak boleh tidak diawasi, kita sudah perintahkan direktur dan deputi, bayangkan saat saya minta BAP satu saksi saja enggak diberi, loh saya yang menerbitkan sprindik kok malah enggak boleh, ini harus diperbaiki, kita akan buat sistem sehingga BAP bisa dibaca pimpinan. Jadi seluruh penyidikan, penyitaan bisa diakses pimpinan,” kata Alex.

 

Salah satu kontroversi yang timbul yaitu mengenai adanya capim titipan yang bertujuan untuk melemahkan KPK. “Saya bukan titipan siapapun, saya pimpinan yang jarang komunikasi dengan pejabat DPR tokoh politik, kegiatan saya setelah di KPK pulang ke rumah, Sabtu-Minggu makan sama anak istri, dan kumpul sama temen sma, saya tidak ada ketemu dengan pejabat atau peneyelenggara negara manapun,” terangnya.

 

Pansel juga menanyakan perihal konflik internal di tubuh KPK, apalagi konflik ini sempat mengemuka dan menjadi pembicaraan masyarakat. Alexander mengakui adanya hal itu yang terjadi di Direktorat Penyidikan antara penyidik internal dengan kepolisian. Salah satunya terkait dengan kasus buku merah. Dugaan ketika itu penyidik kepolisian dicurigai menyobek buku tersebut.

 

“Ada penyadapan yang bocor, ada kecurigaan itu, tentu kita tidak tinggal diam baik internal maupun kepolisian dan dari deputinya dan rasanya kepercayaan itu yang harus dibangun. Intinya di jilid 4, menghindari friksi polisi dan jaksa, terserah dibilang cemen, tapi kami memang mau mencegah friksi itu,” kata Alex. Baca Juga: Koalisi Kritisi 20 Capim KPK Hingga Kinerja Pansel

 

Teror dan rekening gendut

Sementara Capim KPK lainnya Antam Novambar menjanjikan adanya sinergi antar lembaga penegak hukum seperti Kepolisian dan Kejaksaan. Menurutnya peran KPK sebagai Trigger Mechanism selama 17 tahun ini belum berhasil dan sudah melenceng dari tujuan awal karena adanya ego sektoral yang timbul dari lembaga tersebut.

 

Karena itu, jika terpilih ia akan merangkul para penegak hukum untuk bersama-sama memberantas korupsi. “Rasanya saya, saya sebagai penegak hukum berjalan sendiri. Kami ditinggal. Tujuan utama KPK sudah melenceng. Ke depan, saya harap kami rangkul dan bersama-sama berantas korupsi, tidak bisa sendiri. Seperti sapu lidi, kalau satu kan tidak bisa. Kalau banyak kan bisa,” ujarnya menganalogikan.

 

Antam berpandangan kehadiran polisi di KPK untuk memperlemah lembaga tersebut hanyalah rumor dan opini semata. Justru ia menilai sebaliknya, KPK sudah merasa berada di zona nyaman, sehingga takut atau gelisah jika ada pihak lain yang masuk ke lembaga itu untuk mengubah kenyamanan tersebut. Kepolisian, sama sekali tidak ingin memperlemah justru memperkuat KPK, salah satu buktinya selama ini pihaknya memberi anggota terbaik untuk bertugas di KPK membantu pemberantasan korupsi.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait