Falsafah hidup masyarakat Bugis-Makassar Siri na Pacce tertanam kuat pada diri Andi Tenriana, perempuan yang sehari-sehari memimpin pengajian muslimah di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Tenri, sapaan akrabnya, sedang berhadapan dengan kasus penipuan berkedok umrah. Ia menjadi korban sebuah perusahaan travel umrah dan haji yang berkantor cabang di Bekasi, Jawa Barat.
Kerugian yang menimpa Tenri ini sekitar Rp1,7 miliar. Dia bersama sekitar 77 orang jemaah majelis pengajiannya menjadi korban penipuan ibadah umrah. Setiap orang jemaah menyetorkan sekitar Rp26 juta untuk berangkat umrah.
Baca juga:
- Problematika Sistem Waiting List Calon Jemaah Haji di Indonesia
- Praktik Umrah Backpaker di Mata Asosiasi Perjalanan Haji dan Umrah
- Mengenal Modus Penipuan Berkedok Umrah
Cerita ini bermula saat Tenri diperkenalkan dengan tim marketing perusahaan travel umrah dan haji berinisial T oleh kerabatnya pada 2022 silam. Awalnya, tim marketing ini menawarkan ibadah umrah dengan harga "miring" sebesar Rp22 juta per orang. Di tengah prosesnya harga berubah menjadi Rp 26 juta.
Melihat rekam jejak dan legalitas perusahaan travel tersebut positif, Tenri tertarik menawarkan program tersebut kepada para jemaah majelis taklim yang ia pimpin.
"Mereka datang kemari dikenalkan oleh teman saya yang orang Makassar, juga teman sekolah dan arisan. Apalagi salah seorang tim marketingnya juga orang Makassar," ungkap Tenri saat dijumpai Hukumonline di rumahnya pada 1 April lalu.
Tertarik dengan penawaran tersebut sekaligus berniat membantu beribadah umrah, Tenri menginformasikannya kepada jemaah majelis taklim yang dia pimpin. Alhasil, terdapat sekitar 100 orang jemaah ikut dalam rombongan umrahnya.